Hikayat Dunia

Kita hanya pengumpul remah-remah | Dari khazanah yang pernah ada | Kita tak lebih hanya penjaga | Dari warisan yang telah terkecai ||

Pontianak Singgah Palembang

Daripada terus berpusing-pusing di atas Negeri Pontianak, yang itu tentu akan menghabiskan bahan bakar, maka lebih baik pesawat singgah dahulu ke bandar udara terdekat. Sesuai pemberitahuan dari awak pesawat, bandar udara terdekat adalah Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Negeri Palembang.

Mudék ke Ulu

Pasangan dari kate “ulu” ielah “mudék”. Kate “mudék” beakar kate dari kate “udék”. Udék bemakne "sungai yang sebelah atas (arah dekat sumber)", "daerah di ulu sungai", juga’ bemakne "kampong halaman (tempat beasal-muasal)".

Soal Nama Negeri Kita

Belakangan ini kiranya ramai yang berpendapat ini dan itu mengenai asal usul dan makna nama "pontianak" kaitannya dengan Negeri Pontianak. Tapi apakah semua yang didedahkan itu betul-betul dipahami oleh masyarakat Pontianak?

Kampong Timbalan Raje Beserta Para Pemukanya [Bagian-3]

Selain banyak menguasai berbagai bidang keilmuan, beliau juga banyak memegang peran dalam kehidupan kemasyarakatan. H.M. Kasim Mohan yang merupakan anak sulong (tertua) dari pasangan Muhammad Buraa'i dan Ruqayyah ini merupakan seorang Pejuang di masanya.

Musik Motivasi Setahun Silam

“Satu Kursi untuk Seniman”, begitu tagline kampanyenya. Tekadnya untuk memajukan Kalbar lewat industri kreatif tentu patut diapresiasi. Melalui industri kreatif diharapkannya dapat menjadi jembatan menjulangkan budaya yang memayungi Kalimantan Barat.

Sultan Pontianak; Umara' dan 'Ulama

Kegemilangan Negeri Pontianak salah satunya diasbabkan kepemimpinan para Sultan-nya yang arif dan bijaksana. Sultan-Sultan Pontianak selama masa bertahtanya rata-rata memiliki dua peranan, yaitu berperan sebagai umara', sekaligus berperan sebagai 'ulama.

Puisi Buya Hamka untuk Muhammad Natsir

Kepada Saudaraku M. Natsir | Meskipun bersilang keris di leher | Berkilat pedang di hadapan matamu | Namun yang benar kau sebut juga benar ||

Kamis, 29 Desember 2011

Semalam tang Kedai Kopi Oghang Putéh


Tok Daod malam semalam mberé'kan sikit masok'an, cammane kalau Tok Moh mendarma-baktikan diri' tang Kampong Halaman ja'. Abés-lah Tok Moh kena' kumbah oleh Tok Daod: pasal nyemarakkan budaye lah, pasal hini lah, pasal hitu lah, pokoknye belonggok-lah.

Tok Moh cuman bise hanggok-hanggokkan kepala' ja'. Dalam ati Tok Moh bekate, "Hai..., awak tu baru' setaon dua' taon tang Tanah Betawi ni, udah jadi Mantri Sunték pula' tang kampong awak sana', jadinye tu dah berade di titék aman. Nanté'lah bile-bile mase kubalas mbelétérkan awak pula', péndéknye bedesing-lah telinge tu ndengarnye."

Sementare Tok Daod menampakkan wajah serius, sedangkan Tok Moh dengan wajah dua' rius. Tak terase, kopi campor es krim yang berade di depan dua' orang itu pon ranap, entah karene kena' pinom, atau mungkin karene cawannye tu bucor. Kedai Kopi Oghang Putéh tempat minom kopi tu pon maséhlah ramai ngan oghang-oghang yang agé' bebual-bual bedabol-dabol sambél ngentam aé' kopi: ade Aé' Kopi Panas, ade ga' Aé' Kopi Sejuk, kopi-nye tu ngan bebagai macam ragam rase dan bentok pula'. Gulenye disediekan dua' macam: ade Gule Putéh (Gule Pasér), ade ga' Gule Mérah.

Pas nak balék...., eee... lupa' pula' mbayar, langsung ja' nak ngayonkan kaki keluar kedai. Memanglah ye, malam-malam buta' maséh ga' nak mbuat ragam. [~]



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Selase 27 Desember 2011 Miladiyah
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Tulésan ini sebelomnye dah dijadikan sebagai Update Status di FB Hanafi Mohan.

Gambar didapat dari: http://www.metal-art-decor.com/

Tulésan ini dimuat agé' di: http://hanafimohan.blogspot.com/



Sabtu, 24 Desember 2011

Selamat Jalan, Pamanda



Selamat jalan, Paman-ku
Selamat jalan, Pak Mude-ku
Selamat jalan wahai Adiknya Almarhum Ayah-ku
Selamat jalan, Guru-ku
Selamat jalan, Pak Andak

Hanya do'a yang bisa Ananda panjatkan dari jauh di Negeri Orang
Untaian ilmu, nasihat, dan petuahmu selalulah terngiang-ngiang di semesta pendengaran, mengiringi langkah kaki ini yang kadang gontai terseok-seok di kaki langit peradaban

Senyum dan candamu masih lekat bersama debur hidup ini yang masih beriak-riak di antara racaunya dunia
Kiranya tak ada yang lebih berharga selain daripada selaksa restu yang telah Pamanda berikan kepada Ananda yang dha'if ini

Selamat jalan, Pak Andak
Walau masih terasa sebak di dada ini, 'ku relakan kepergianmu
Di antara hikayat dunia,
Bersenandung risalah alam,
Rangkaian Tahlil tak henti-hentinya mengantar kepergianmu
Jiwa-jiwa yang tenang dibawa terbang burung-burung putih ke angkasa menghadap Rabb-nya

Selamat Jalan, Pamanda



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Pagi Sabtu 24 Desember 2011
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


# Khusus dipersembahkan untuk mengantar kepergian Pamanku "Al-Ustadz H.M. Yunus Mohan"


Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di: FB Hanafi Mohan


Sumber foto: Grup FB "Ikatan Keluarge Besa' Haji Adnan (IKBHA)"

Tulisan ini dimuat kembali di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Senin, 19 Desember 2011

Dikaulah Borneo



Ketika kalam menggoreskan Borneo,
maka dikaulah Borneo itu
Pun di saat lisan terucap Borneo,
dirimulah jua gerangan adanya

Semesta rasa hanya ada namamu,
Borneo
Selaksa rindu hanyalah tertuju kepadamu

Bukanlah jarak yang menjadi beban,
melainkan lebih karena menanggung rindu


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, 10 - 18 Desember 2011
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Tulisan ini sebelumnya telah dijadikan sebagai Tweet pada Twitter @hanafimohan dengan HashTag #Borneo dan #Dikaulah_Borneo.


Sumber Gambar: http://www.indonesianhistory.info/

Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Sabtu, 19 November 2011

Kalbu yang Damai


Wahai jiwa yang tenang,
jangan kau hitung gerimis itu,
jangan kau hitung tetesan hujan itu,
jangan kau hitung...

Wahai hati yang lapang,
jangan kau kenang yang sudah-sudah,
jangan kau perturutkan gundah gulana dan gelisah,
jangan...

Wahai kalbu yang damai,
biarkanlah lonceng itu berdentang seperti semula,
kadang ia gaung bergema,
kadang pula lirih mengalir di persada rasa

Wahai sukma yang sentausa,
jikalau telah ter'azamkan butiran pasir menjadi intan permata,
niscaya persada dunia terang-benderang
terbentang selaksa jalan menuju istana kilau berkilau
yang bertahta di langit nan biru



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Januari – Februari 2011
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Puisi ini sebelumnya telah dimuat di Majalah "Qalam - Mujahidin" Edisi 41 / V / Dzulqaidah 1432 H / Oktober 2011 M.

Sumber Gambar: http://nurilhudaa.blogspot.com/

Puisi ini dimuat kembali di: http://www.hanafimohan.com/



Sabtu, 12 November 2011

Mozaik Borneo




"Tahun 400 Zaman Mulawarman". [termaktub pada Batu Bertulis di Kutai Lama (batas Samarinda), tulisannya di dalam Bahasa Sanskrit]

"Senkala Tahun 110. Hidup Mati. Suwarga." [termaktub pada Batu Bertulis (masyarakat setempat menyebutnya “Monggo Bata”) di Sanggau (Borneo Barat)]

Sekitar tahun 400 Masehi, Borneo telah memasuki zaman sejarah dengan ditemukannya Prasasti Yupa peninggalan Kerajaan Kutai.

Tiga kerajaan besar di Bumi Borneo yaitu: Borneo (Brunei/Barune), Succadana/Sukadana (Tanjungpura/Bakulapura), dan Banjarmasin (Nusa Kencana).

Luasnya Borneo (Kalimantan) yaitu 743.330 km². Borneo merupakan pulau terbesar ketiga di dunia. Borneo berada di tengah-tengah Asia Tenggara.

Sungai-sungai terpanjang di Borneo adalah: Sungai Kapuas (1143 km), Sungai Barito (880 km), Sungai Mahakam (980 km), Sungai Rajang (562,5 km).

Negeri-negeri yang berada di Bumi Borneo adalah: Brunei Darussalam, Sabah, Sarawak, Borneo Barat, Borneo Tengah, Borneo Selatan, Borneo Timur.

Gunung Kinabalu (4095 m) merupakan gunung tertinggi di Borneo, terletak di Negeri Sabah.

13 kota besar di Bumi Borneo berdasarkan jumlah populasi tahun 2010 dan perbandingan dengan tahun 2000 yaitu: Samarinda, Kuching, Banjarmasin, Kota Kinabalu, Balikpapan, Pontianak, Miri, Palangka Raya, Banjarbaru, Tarakan, Singkawang, Bontang, dan Bandar Seri Begawan. [~;~]


(dikompilasi dari berbagai sumber)


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, 1 - 10 November 2011
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Tulisan ini sebelumnya telah dijadikan sebagai Update Status Twitter @hanafimohan dengan HashTag: #Mozaik_Borneo.

Sumber Gambar: http://www.lonelyplanet.com/

Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Kamis, 03 November 2011

Menulis Bagai Menyusun Puzzle


Menelusuri jejak langkah yang membekas di jalan setapak demi setapak dengan cara menulis, sambil mengumpulkan puzzle yang telah terserak tercerai berai entah ke mana. Menulis itu bagaikan menyusun puzzle yang ada di dalam pikiran. Dengan menulis, maka puzzle yang tercerai-berai itu tersusun menjadi sesuatu yang berarti.

Yang pertama harus ditulis adalah menulis itu sendiri. Ketika huruf pertama tergores, maka akan terus bermunculan huruf-huruf yang lainnya. Semuanya mengalir. Lambat-laun terangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, hingga tersusun suatu tulisan yang utuh.

Tulislah huruf pertama. Tatap huruf tersebut sedalam-dalamnya. Dari satu huruf itu akan berpendaran huruf-huruf lainnya, bagai secercah cahaya lilin yang terangi gelap.

Tidak mesti yang ditulis duluan itu diletakkan di awal dan yang ditulis belakangan diletakkan di akhir. Jangan terpaku pada kerangka tulisan. Kerangka tersebut hanyalah acuan awal. Bisa saja ketika menulis agak berbeda dengan kerangka tersebut. Sebenarnya ada aturan dalam menulis, tapi tidak ada aturan yang baku berkaitan dengan tulis-menulis.

Jangan bingung ketika akan mulai menulis. Jika sudah bingung di awal menulis, maka sebenarnya sudah gagal sebelum memulai.

Waktu yang ideal untuk menulis bagi setiap orang itu begitu subjektifnya. Ada yang begitu lancar menulis ketika santai, namun ada juga yang sebaliknya. Ada yang lancar menulis ketika emosinya stabil, ada juga yang sebaliknya.

Menulis adalah pekerjaan yang mensinergikan antara indera, rasio, dan emosi. Karena itulah, menulis merupakan aktivitas yang superkompleks.

Abaikan semua teori dan aturan menulis. Kini, hal terpenting yang harus dilakukan adalah menulis, menulis, dan menulis. Abaikan semua teori dan aturan menulis, kemudian langsunglah menulis. Ada juga yang menyatakan bahwa tips terbaik menulis adalah: Lupakan semua tips, mulailah menulis. [~]


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, 31 Oktober - 3 November 2011
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Tulisan ini sebelumnya telah dijadikan sebagai Update Status Twitter @hanafimohan dengan HashTag: #puzzle dan #menulis.

Tulisan terkait:
- Menulis dari Belakang
- Waktu yang Ideal untuk Menulis

Sumber Gambar: http://puzzlepuzzlekehidupan.blogspot.com/

Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/



Jumat, 28 Oktober 2011

Kepada Borneo




Di manakah suaramu, Borneo?
Yang alamnya menjelma musik terindah

Parasmu nan rupawan tunjukkanlah
wahai tanah yang dihiasi rimbunan hijau paru-paru dunia

Masihkah damai menyertaimu, wahai bumi bertuah?
Sesyahdu gemerisik aliran sungai-sungaimu yang panjang nan lebar

Duhai tanah yang terberkahi,
dapatkah lagi kupandang tatapan lazuardi pagimu yang menyemangati hari?

Hangatnya mentari khatulistiwamu
hingga kini tetap terasa membelai sanubari

Suatu masa nanti 'kan kutunaikan semua sumpah dan janji
yang pernah terlafaz kepadamu tanah leluhur tumpah darah nan permai

Ingin segera bersimpuh di tanahmu yang harum mewangi
Menjura ke haribaan bunda yang telah lama memanggil-manggil rindu


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, 18 - 19 Oktober 2011
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Puisi ini sebelumnya telah dijadikan sebagai Update Status Twitter @hanafimohan dengan HashTag #KepadaBorneo.

Sumber Gambar: http://www.wwf.or.id/

Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Minggu, 23 Oktober 2011

Seloka Dirgahayu Khatulistiwa Negeri



Dengan Bismillah kalam dibuka
Ketika fajar menerangi mata
Mentari khatulistiwa negeri bercahaya
Perahu Kakap masuki muara

Ketika fajar menerangi mata
Dari Mempawah rombongan bertolak
Perahu Kakap masuki muara
Walaupun sungai berolak-olak

Dari Mempawah rombongan bertolak
Susuri Kuale perahu bergerak
Walaupun sungai berolak-olak
Niat yang suci tetaplah tegak

Susuri Kuale perahu bergerak
Biduk dikayuh memecah ombak
Niat yang suci tetaplah tegak
Hinggalah tiba di Simpang Tiga Kapuas-Landak

Biduk dikayuh memecah ombak
Halang rintangan teruslah dobrak
Hinggalah tiba di Simpang Tiga Kapuas-Landak
Setelah halau rombongan rompak

Halang rintangan teruslah dobrak
Penjajab kokoh tiada retak
Setelah halau rombongn rompak
Tembakkan meriam tentukan letak

Penjajab kokoh tiada retak
Walau dilamun taufan dan badai
Tembakkan meriam tentukan letak
Di tepian Sungai Batang Lawai

Walau dilamun taufan dan badai
Walau perompak menghadang ramai
Di tepian Sungai Batang Lawai
Demi tujuan hendak dicapai

Walau perompak menghadang ramai
Pantang haluan putar ke belakang
Demi tujuan hendak dicapai
Tembakkan meriam dari Batu Layang

Pantang haluan putar ke belakang
Sabda dan titah seorang pembesar
Tembakkan meriam dari Batu Layang
Seraya bersumpah dan bernazar

Sabda dan titah seorang pembesar
Ayahnya Hadhramawt ibunya Matan
Seraya bersumpah dan bernazar
Tegakkan tamaddun di Bumi Kalimantan

Ayahnya Hadhramawt ibunya Matan
Pangeran Syarif 'Abdurrahman Nur 'Alam
Tegakkan tamaddun di Bumi Kalimantan
Tekadnya memang sudah lama ter’azam

Pangeran Syarif 'Abdurrahman Nur 'Alam
Pendiri Negeri Pontianak bernama
Tekadnya memang sudah lama ter’azam
Wujudkan cita ayahanda tercinta

Pendiri Negeri Pontianak bernama
Di Tanjong Besiku Masjid Jami’ dan Istana Qadriyah
Wujudkan cita ayahanda tercinta
Al-Habib Husain Tuan Besar Negeri Mempawah


*** Seloka ini dipersembahkan untuk memperingati Hari Jadi Negeri Pontianak yang ke-240 Tahun (23 Oktober 1771 M - 23 Oktober 2011 M)


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Seloka oleh: Hanafi Mohan, Syach Ranie, dan Yusni Abeb Nahkoda (21-23 Oktober 2011)

Editor: Hanafi Mohan (Ciputat, Minggu 23 Oktober 2011)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Seloka ini sebelumnya telah dijadikan sebagai Update Status Twitter @hanafimohan, @syachranie_, dan @YusniAbeb dengan HashTag #DirgahayuKhatulistiwa.

Sumber Gambar: http://melayuonline.com/ind/history/dig/386

Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/


Minggu, 16 Oktober 2011

Kesuma Bahari


Satu yang tak pernah diketahui langit terhadap laut
Zikir yang tak pernah harapkan balas
Setia bertasbih hingga di ujung senja
Walau taufan badai menghantam-hantam

Berlari-lari anak negeri bertabur-biar
Ketika petaka tak kunjung usai
Silang-sengkarut semakin berpanjang-lebar
Racau-meracau tak tentu arah

Setelah lama tertidur lelap
Ketika bangun, lalu mengigau
Bukan mengaum bangkit meradang
Malah terlupa asalnya diri

Wahai putera bunda kesuma bahari
Bakti dan sembah laksana jauhari
Terang benderang menyengat mentari
Surya gemilang khatulistiwa negeri

Kesuma bahari setia amanah
Janji telah meluncur melesat bak panah
Tetaplah berjalan di jalur rahmah
Yang telah ter’azam pegang teguhlah

Ananda perwira putera ibunda
Kelana penuhi titah ayahanda
Handai dan taulan jauhlah di sana
Tanah leluhur kita selalulah dijaga

Sabda pemangku negeri bertuah
Tetaplah bergaung wahai pejuang
Terbujur lalu melintang patah
Sehinggalah tamaddun tinggi menjulang

Titah Tuanku Sultan masihlah bergema
Adil dan bijaksana memangku negeri
Amanah dan janji di Balairung Istana
Tempatnya kini masihlah terjejaki

Kencana cahayanya negeri bermarwah
Putera Kesuma Bahari jelmalah askar
Peperangan yang dulu usailah sudah
Kini semangatmu terus kobarlah kobar


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Jakarta, 9 - 16 Oktober 2011
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Puisi ini sebelumnya telah dijadikan sebagai Update Status Twitter @hanafimohan dengan HashTag #KesumaBahari.

Sumber Gambar:

- http://melayuonline.com/ind/history/dig/386
- http://www.wisatamelayu.com/id/tour/244-Istana-Kadriah-Kesultanan-Pontianak/navcat
- http://www.wisatamelayu.com/id/tour/245-Masjid-Jami-Sultan-Abdurrahman/navcat

Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Sabtu, 10 September 2011

Wahai Askar Setia



Engkaulah rajawali yang kepakkan sayap jelajahi dunia../
Rentasi ruang lintasi waktu zaman berzaman../
Tamaddun agung engkau tegakkan di segenap negeri../
Kuasa zalim engkau halau, engkau hancur luluh-lantakkan../

Masih terdengar derap langkah para askarmu yang gagah perkasa berjuang tegakkan marwah../
Masih terlihat Penjajab dan Pencalang membelah Laot Champa, Selat Melake, dan Selat Karimate../
Ketika Lela Rentaka mengoyak armada musuh yang bergelimang nafsu serakah../

Panji kemenangan derap berderap memasuki Muara Sungai Batang Lawai../ 
Selusuri Kapuas hingga menjejak ke Batu Layang../
Meriam pun menggelegar membahana mengusir para Perompak dan Bajak Laot yang bersarang di Tepian Sungai../

Maka terberkahilah Negeri yang beristana di suatu pulau yang berada di Simpang Tiga Kapuas-Landak../
Maka gilang gemilanglah cahaya emas intan berlian memancar berpendaran menerangi persada dunia..//


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat – Pontianak – Ciputat
Agustus – September 2011

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Puisi ini sebelumnya telah dijadikan sebagai Update Status Twitter dengan HashTag: #WahaiAskarSetia


Gambar didapat dari tulisan: Senjata-Senjata Melayu yang Digelapkan dalam Sejarah
Lihat juga gambar yang sama pada tulisan: Alter Terahsia Bangsa Melayu IX


Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Jumat, 26 Agustus 2011

Pantun Menyambut Hari Raya 'Aidil Fithri



Kalau menyulam Si Kain Sari../
Benangnya emas indah berkilauan../
Tak lama lagi 'Aidil Fithri../
Salah dan Khilaf mohonlah dima'afkan../

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  
Hanafi Mohan 
Ciputat, Jum'at 26 Ramadhan 1432 H /
26 Agustus 2011 M
17:18 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -  

Sumber Gambar: http://www.panoramio.com/  

Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Minggu, 31 Juli 2011

Senja Sya'ban Malam Ramadhan




Jingga di senja Sya'ban ini sebentar lagi pergi
Lambat laun digantikan malam Ramadhan
Esok pagi fajar baru 'kan hadir,
gantikan fajar silam yang telah berlalu

Tinggallah senyap, tinggallah sepi
Memutar tasbih lirihkan zikir
Arahkan kemudi ubah haluan
Arungi samudera yang masihlah berombak



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Minggu 31 Juli 2011
06:30 WIB

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -



: : :
Sengat lebah melenyar rasenye../
Ambe' madu'nye dijadikan obat../
Kalaulah ade tesasol-sasol kate../
Bema'afanlah walau hanye sesa'at../

*** Selamat Nyambot Bulan Puase. Kame' minta' ma'af yang sebesa'-besa'nye kalau seandainye selama' ini kame' ade tesalah-salah kate (tesasol-sasol kate).




Sumber Gambar: http://komengleoart.blogspot.com/

Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Sabtu, 09 Juli 2011

Cempaka Permata Nila


Kembang Anggrek seumpama Mawar Berduri
Nampak elok sukar disunting
Bunga Kenanga berbau menusuk bak dari pelimbahan
Menyesak masuk hingga ke dalam

Ke manakah lagi perginya hamba abdi, di dunia tinggallah sendiri
Mengembara bak sufi berkelana
Bagai kaki tak menjejak tanah, sukma terlepas dari badan
Terasa sukar umpama duri ditarik dari sutra basah

Kalaulah pedang mengancam nyawa, hamparkanlah taburan bebunga
Agar dapat hirup lagi aroma hidup
Jikalau panah meluncur melesat 'kan menembus raga, lemparkanlah senyuman riang

Tiadalah sendu di sudut bibir menahan getir
Karena hidup memanglah demi Cempaka Permata Nila
Tiada tergantikan walau beribu pengganti

Takkanlah sama cempaka yang satu dengan cempaka yang lainnya
Entah ke mana cempaka yang satu dapat dicari ganti
Mungkin di ujung dunia, atau mungkin di surga

Tiada tahu kepastian ke mana hendak dituju
Apalah daya musafir lata, kelana tak ada tempat berteduhnya
Sendiri melangkah tiada bertopang
Limbung di tengah badai menderu-deram

Setelah dibelai, kini dihempas keras di atas karang
Hancur berderai dilamun ombak berdegum-degam
Penat sudah, tapi hidup terus berjalan
Walaupun kembali menelusuri jalanan gelap tanpa cahaya penerang mata
Kumpulkan kembali remah hati yang berserakan

Ketika nanti masanya tiba, lepaskanlah raga serahkanlah jiwa
Kalaulah bumi tak menerima, biarlah melayang bersama angin
Kalaulah tanah ini menolak, biarlah dibawa terbang rajawali putih ke angkasa


#*#*#


Puisi oleh: Hanafi Mohan & Syach Ranie

Editor: Hanafi Mohan



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Sabtu 9 Juli 2011
17:51 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Puisi ini berasal dari: Twitter @hanafimohan dan Twitter @syachranie_ dengan HashTag: #CempakaNila


Puisi ini dimuat kembali di: http://www.hanafimohan.com/

Sumber gambar: http://yusufsila.wordpress.com/

Minggu, 26 Juni 2011

Akhir Musim Dingin


Di hari-hari terakhir musim dingin, sebelum musim dingin terakhir
Tinggallah cerita satu sama lain
Cerita yang tak tahu bermulanya, dan tiba-tiba berakhir

Ketika ingin menghabiskan waktu yang indah bersama hadirnya fajar pagi
Gelisah terseok-seok di kaki langit
Sepanjang hari hingga menemui semburat senja merah jingga
Lama terpaku hingga memendar beribu-ribu warna

Syahdu terasa walau sejenak bersamanya
Apakah aku harus pergi tanggalkan semua kesyahduan itu?

Pada musim dingin terakhir, orang-orang lari menyembunyikan diri
Entah mengapa, aku masih di sini dan terus sendiri
Ketika sedang berjalan dan bersembunyi sendiri dengan cepat ke dalam hatinya
Hangat membelai lembut enggan ‘tuk pergi
Dan sampai terjatuh sujud bersimpuh di suatu malam di gerbang kalbunya

Munajatkan dalam tiap tarikan napasku
Tafakur hamba mengharapkan hadirnya keajaiban dari Sang Pemilik Kehidupan

Di tiap ruas jariku ada namamu
Umpama kaki langit dan lautan yang tak bersempadan
Berhias teja menyelimuti rasa
Tiba-tiba mendung berarak dihembus pawana
Terus memekat dan enggan ‘tuk menepi

Dan tiba-tiba mengapa hidup setelah berjanji
Tak ter’azam bak pawana di musim semi
Dan membuat kita hidup sepenggalan jalan, kemudian kembali dan membunuh kita
Bak ratusan pedang menusuk raga ini
Kita mendengar, dan sejak itu kehidupan sehari-hari bagaikan tak bernyawa
Kita pun tahu, tapi mata tetap terpejam

Takkan leka untaian zikir laut kepada langit, walau dihantam badai prahara
Bergetar lirih di sudut bibir
Laut pun meruap ke langit ditempa mentari yang panas meradang
Memupuk gumpalan hitam kelam hendak meringis
Bergemuruh halilintar sahut menyahut bersama meluncurnya panah kilat sambar menyambar

Di sepanjang jalan, banyak orang yang akan kembali pulang
Meski melalui jalan yang tak sama dengan pergi
Walaupun kaki melangkah jauh memutar melintasi jalan setapak demi setapak
Tujuan yang satu tetaplah hingga di persimpangan

Mengedar pandangan, lalu mengabur gelap cahaya penerang mata
‘Ku raih penopang, diri rasa goyah
Limbung tertatih-tatih memerangkaki gurun tak bernama
Sejauh mata memandang, hanya fatamorgana
Berpinar pancarona menyilap mata ketika mentari bakar dahaga

Masih di gersangnya gurun yang ‘ku tak tahu namanya
Di musim dingin terakhir, menggigil jasad, meronta sukma
Apakah ini akhir dari kehidupan?

Musim panas berkepanjangan menanti di hadapan
Tak ada tempat berteduhku, kering gersang
Berjalan memandang sekeliling, bertanya setiap hari
Jawaban tiada menerangi hati

Semestinya terus berjalan menuju cahaya benderang di sana
Menepati janji yang telah ter’azam di sanubari
Yang tak lekang diterjang panas berkepanjangan
Memegang teguh amanah yang telah dititipkan
Menyongsong takdir yang telah tertulis indah di Lauhul Mahfuzh. [~]


#*#*#


Puisi oleh: Hanafi Mohan & Syach Ranie

Editor: Hanafi Mohan



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Sabtu 25 Juni 2011
23:47 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -



Puisi ini berasal dari: Twitter @hanafimohan dan Twitter @syachranie_ dengan HashTag: #AkhirMusimDingin, #AkhirMusimDingin2, #AkhirMusimDingin3, dan #AkhirMusimDingin4. Sebelumnya telah dimuat secara terpisah dengan judul: [Puisi Twit] #AkhirMusimDingin, [Puisi Twit] #AkhirMusimDingin2, [Puisi Twit] #AkhirMusimDingin3, dan [Puisi Twit] #AkhirMusimDingin4



Puisi ini dimuat kembali secara lengkap di: http://www.hanafimohan.com/


Sumber gambar: http://loveearthalways.com/



***Catatan: Puisi ini awalnya terinspirasi dari lagu berjudul "Awakher Al Shita"/"Awakhir Al-Syita" yang dipopulerkan oleh Elissar Zakaria Khoury (lebih dikenal dengan nama "Elissa") yang merupakan penyanyi perempuan dari Lebanon. Lagu "Awakher Al Shita"/"Awakhir Al-Syita" (yang bermakna "The End of Winter"/"Akhir Musim Dingin") merupakan salah satu lagu yang terdapat di dalam Album "Ayami Beek"/"Ayyami Biik" yang dirilis pada 18 Desember 2007. Lagu yang ditulis oleh Nader Abdullah ini dinyanyikan di dalam Bahasa Arab Dialek Mesir. Komposer dari lagu yang berdurasi 4 menit 33 detik ini adalah Tamer Ali, Arranger-nya yaitu Tamim, dan Mix Engineer-nya yaitu Edward Meunier.

Sabtu, 25 Juni 2011

[Puisi Twit] #AkhirMusimDingin4



)> hanafimohan
Di sepanjang jalan, banyak orang yang akan kembali pulang, #AkhirMusimDingin4 @syachranie_

)> syachranie_
Meski melalui jalan yg tak sama dgn pergi RT"@hanafimohan: Di sepanjang jalan, banyak orang yang akan kembali pulang, #AkhirMusimDingin4

)> hanafimohan
Wlaupun kaki mlangkah jauh mmutar mlintasi jln stapak demi stapak, RT @syachranie_ Mski mlalui jln yg tak sama dgn pergi, #AkhirMusimDingin4

)> syachranie_
Tjuan yg 1 ttaplh hngga di prsimpangn RT "@hanafimohan: Wlaupn kaki mlangkah jauh mmutar mlintasi jln stapak dmi stapak, #AkhirMusimDingin4"

)> hanafimohan
Mengedar pandangan, lalu mengabur gelap cahaya penerang mata, RT @syachranie_ Tjuan yg 1 ttaplh hngga di prsimpangn, #AkhirMusimDingin4

)> syachranie_
Kuraih penopang, diri rasa goyah RT "@hanafimohan: Mengedar pandangan, lalu mengabur gelap cahaya penerang mata, #AkhirMusimDingin4"

)> hanafimohan
Limbung tertatih-tatih memerangkaki gurun tak bernama, RT @syachranie_ Kuraih penopang, diri rasa goyah, #AkhirMusimDingin4

)> syachranie_
Sejauh mata memandang hanya fatamorgana RT @hanafimohan: Limbung tertatih-tatih memerangkaki gurun tak bernama, #AkhirMusimDingin4

)> hanafimohan
Berpinar pancarona menyilap mata ketika mentari bakar dahaga, RT @syachranie_ : Sejauh mata memandang hanya fatamorgana, #AkhirMusimDingin4

)> syachranie_
Msh di gersangny gurun yg ku tak tau namany RT@hanafimohan: Berpinar pancarona menyilap mata ketika mentari bakar dahaga, #AkhirMusimDingin4

)> hanafimohan
Di musim dingin terakhir, menggigil jasad, meronta sukma, RT @syachranie_ : Msh di gersangny gurun yg ku tak tau namany, #AkhirMusimDingin4

)> syachranie_
Apakah ini akhir dari kehidupan,,, RT @hanafimohan: Di musim dingin terakhir, menggigil jasad, meronta sukma, #AkhirMusimDingin4

)> hanafimohan
Musim panas berkepanjangan menanti di hadapan, RT @syachranie_ : Apakah ini akhir dari kehidupan, #AkhirMusimDingin4

)> syachranie_
Tak ada tempat berteduh ku, kering gersang RT @hanafimohan: Musim panas berkepanjangan menanti di hadapan, #AkhirMusimDingin4

)> hanafimohan
Berjalan memandang sekeliling, bertanya setiap hari, RT @syachranie_ : Tak ada tempat berteduhku, kering gersang, #AkhirMusimDingin4

)> syachranie_
Jawaban tiada menerangi hati RT @hanafimohan: Berjalan memandang sekeliling, bertanya setiap hari, #AkhirMusimDingin4

)> hanafimohan
Semestinya terus berjalan menuju cahaya benderang di sana, RT @syachranie_ : Jawaban tiada menerangi hati, #AkhirMusimDingin4

)> hanafimohan
Mnepati janji yg tlah tr’azam di sanubari, RT @hanafimohan : Smstiny trs brjln mnuju chya bndrng d sana, #AkhirMusimDingin4 RT @syachranie_

)> syachranie_
Yang tak lekang di terjang panas berkepanjangan RT "@hanafimohan: Mnepati janji yg tlah tr’azam di sanubari, #AkhirMusimDingin4

)> hanafimohan
Memegang teguh amanah yang telah dititipkan, RT @syachranie_ : Yg tak lekang diterjang panas berkepanjangan, #AkhirMusimDingin4

)> hanafimohan
Mnyongsong takdir yg tlah trtulis indah di Lauhul Mahfuzh. RT @hanafimohan :Mmgang tguh amanah..., #AkhirMusimDingin4 @syachranie_ *Khatham*


#*#*#


Penulis: Hanafi Mohan & Syach Ranie

Editor: Hanafi Mohan



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Sabtu 25 Juni 2011
17:17 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Sumber gambar: http://ckspc.org/segraves.htm

Puisi Twit ini berasal dari: @hanafimohan dan @syachranie_ dengan HashTag #AkhirMusimDingin4

Puisi Twit ini dimuat kembali di: http://hanafimohan.blogspot.com/

[Puisi Twit] #AkhirMusimDingin3



)> hanafimohan
Tafakur hamba mngharapkan hadirny keajaibn dari Sang Pemilik Kehidupn, #AkhirMusimDingin3 , @syachranie_

)> syachranie_
Di tiap ruas jari ku ada nama mu RT @hanafimohan: Tafakur
hamba mngharapkan hadirny keajaibn dari Sang Pemilik Kehidupn, #AkhirMusimDingin3

)> hanafimohan
Umpama kaki langit dan lautan yang tak bersempadan, RT @syachranie_ Di tiap ruas jariku ada nama mu, #AkhirMusimDingin3

)> syachranie_
Berhias teja menyelimuti rasa RT @hanafimohan: Umpama kaki
langit dan lautan yang tak bersempadan, #AkhirMusimDingin3

)> hanafimohan
Tiba-tiba mendung berarak dihembus pawana, RT @syachranie_
Berhias teja menyelimuti rasa, #AkhirMusimDingin3

)> syachranie_
Terus memekat dan enggan tuk menepi RT @hanafimohan: Tiba-
tiba mendung berarak dihembus pawana, #AkhirMusimDingin3

)> hanafimohan
Dan tiba-tiba mengapa hidup setelah berjanji, RT @syachranie_
Terus memekat dan enggan tuk menepi, #AkhirMusimDingin3

)> syachranie_
Tak terazam bak pawana dimusim semi RT @hanafimohan: Dan
tiba-tiba mengapa hidup setelah berjanji, #AkhirMusimDingin3

)> hanafimohan
Dan mmbuat kita hidup spenggaln jln, kmudian kmbali & mmbunuh kita, RT @syachranie_ Tak terazam bak pawana di musim semi, #AkhirMusimDingin3

)> syachranie_
Bak ratusan pedang menusuk raga ini RT @hanafimohan: Dan mmbuat kita hidup spenggaln jln, kmudian kmbali & mmbunuh kita, #AkhirMusimDingin3

)> hanafimohan
Kita mndengar,dan sjak itu kehidupn sehari-hari bagaikn tak brnyawa, RT @syachranie_ Bak ratusan pedang menusuk raga ini, #AkhirMusimDingin3

)> syachranie_
Kita pun tahu, tp mata tetap trpejam RT @hanafimohan: Kita mndengar,dan sjak itu kehidupn sehari-hari bagaikn tak brnyawa #AkhirMusimDingin3

)> hanafimohan
Takkn leka untaian zikir laut kpd langit,walau dihantam badai prahara, RT @syachranie_ Kita pun tau,tp mata ttap trpejam, #AkhirMusimDingin3

)> syachranie_
Bergetar lirih disudut bibir RT @hanafimohan: Takkn leka untaian zikir laut kpd langit,walau dihantam badai prahara, #AkhirMusimDingin3

)> hanafimohan
Laut pun meruap ke langit ditempa mentari yang panas meradang, RT @syachranie_ : Bergetar lirih disudut bibir, #AkhirMusimDingin3

)> syachranie_
Memupuk gmpalan hitam pelam hndak meringis RT @hanafimohan: Laut pun meruap ke langit ditempa mntari yang panas meradang, #AkhirMusimDingin3

)> hanafimohan
Brgmuruh halilintar sahut mnyahut brsama mluncurny panah kilat smbar mnymbar, RT @syachranie_ Mmupuk gmpaln hitam klam.., #AkhirMusimDingin3

)> hanafimohan
Di spnjang jalan, bnyak orang yg akan kmbali pulang, RT @hanafimohan : Brgmuruh halilintar sahut mnyahut.., #AkhirMusimDingin3 @syachranie_


#*#*#


Penulis: Hanafi Mohan & Syach Ranie

Editor: Hanafi Mohan



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Sabtu 25 Juni 2011
03:26 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Sumber gambar: http://www.nokenews.com/

Puisi Twit ini berasal dari: @hanafimohan dan @syachranie_ dengan HashTag #AkhirMusimDingin3

Puisi Twit ini dimuat kembali di: http://hanafimohan.blogspot.com/



Rabu, 22 Juni 2011

[Puisi Twit] #AkhirMusimDingin2




)> hanafimohan
Pd musim dingin terakhir, org-org lari mnyembunyikn diri, #AkhirMusimDingin2 @syachranie_

)> syachranie_
Entah mengapa aq msh disini dan terus sndiri RT @hanafimohan: Pd musim dingin terakhir, org-org lari mnyembunyikn diri, #AkhirMusimDingin2

)> hanafimohan
Ktika sdang brjalan & brsmbunyi sndiri dgn cpat ke dlm hatiny, RT @syachranie_ Entah mngapa aq msh disini & trus sndiri, # AkhirMusimDingin2

)> syachranie_
Hangat mmblai lmbut enggan tuk pergi RT @hanafimohan: Ktika
sdang brjalan & brsmbunyi sndiri dgn cpat ke dlm hatiny, #AkhirMusimDingin2

)> hanafimohan
Dan smpai trjatuh sujud brsimpuh di suatu malam di gerbang kalbuny, RT @syachranie_ Hangat mmblai lmbut enggan tuk pergi, #AkhirMusimDingin2

)> syachranie_
Munjatkn dlm tiap trikan nafas ku RT @hanafimohan: Dan smpai
trjatuh sujud brsimpuh di suatu mlam di grbang kalbuny, #AkhirMusimDingin2

)> hanafimohan
Tafakur hamba mngharapkan hadirny keajaibn dari Sang Pemilik Kehidupn, RT @syachranie_ Munjatkn dlm tiap trikan nafas ku, #AkhirMusimDingin2


#*#*#


Penulis: Hanafi Mohan & Syach Ranie

Editor: Hanafi Mohan


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Rabu 22 Juni 2011
16:11 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Sumber gambar: http://www.edinphoto.org.uk/

Puisi Twit ini berasal dari: @hanafimohan dan @syachranie_ dengan HashTag #AkhirMusimDingin2

Puisi Twit ini dimuat kembali di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Selasa, 21 Juni 2011

[Puisi Twit] #AkhirMusimDingin



)> hanafimohan
- Di hari-hari terakhir musim dingin, sebelum musim dingin terakhir
- Tinggallah cerita satu sama lain #AkhirMusimDingin
>>> @syachranie_

)> syachranie_
Cerita tak tau mulanya - dan tiba berakhir RT @hanafimohan: - Di hari-hari terakhir musim dingin, #AkhirMusimDingin >>

)> hanafimohan
Ketika ingin mnghabiskn wktu yg indah brsama hadirny fajar pagi, RT @syachranie_ Cerita tak tau mulanya #AkhirMusimDingin

)> syachranie_
Gelisah terseok-seok di kaki langit RT @hanafimohan: Ketika ingin mnghabiskn wktu yg indah brsama hadirny fajar pagi, #AkhirMusimDingin

)> hanafimohan
Sepanjang hari hingga menemui semburat senja merah jingga, RT @syachranie_ Gelisah terseok-seok di kaki langit, #AkhirMusimDingin

)> syachranie_
Lama terpaku hingga memendar beribu warna RT @hanafimohan: Sepanjang hari hingga menemui semburat senja merah jingga, #AkhirMusimDingin

)> hanafimohan
Syahdu terasa walau sejenak bersamanya, RT @syachranie_ Lama terpaku hingga memendar beribu warna, #AkhirMusimDingin

)> syachranie_
Apakah aq harus pergi, tanggalkan semua kesyahduan itu,,,???RT @hanafimohan: Syahdu terasa walau sejenak bersamanya, #AkhirMusimDingin

)> hanafimohan
Pd musim dingin terakhir, org-org lari mnyembunyikn diri, RT @syachranie_ Apakh aq hrs prgi, tanggalkn smua ksyahduan itu? #AkhirMusimDingin


#*#*#


Penulis: Hanafi Mohan & Syach Ranie

Editor: Hanafi Mohan


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Selasa 21 Juni 2011
01:29 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Sumber gambar: http://www.phonet.co.cc/

Puisi Twit ini berasal dari: @hanafimohan dan @syachranie_ dengan HashTag #AkhirMusimDingin

Puisi Twit ini dimuat kembali di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Minggu, 19 Juni 2011

#Pansai [Bebahase Melayu Pontianak di Twitter]




>> hanafimohan
Sangkelah dah pansai, rupenye lom.. @syachranie_ @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do @fauziahsyauz @FikieAyank , #kancai #Pansai
9 Jun Favorite Reply Delete

>> syachranie_
Ape ee yg pansai...?RT @hanafimohan: Sangkelah.. @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do @fauziahsyauz @FikieAyank , #kancai #Pansai
9 Jun Favorite Undo Retweet Reply

>> hanafimohan
Nasi’ Kebuli ni ha,kuater ja’ pesai. RT @syachranie_ Apeny yg pansai? @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do @fauziahsyauz @FikieAyank , #pansai
9 Jun Favorite Reply Delete

>> syachranie_
Dudi tak untong rugi,,,RT @hanafimohan: Nasi’ Kebuli ni ha,kuater ja’ pesai RT @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do @fauziahsyauz @Fikie #Pansai
9 Jun

>> hanafimohan
Udah kena' kecai-kecai, RT @syachranie_ Dudi tx untong rugi, RT @hanafimohan: Nasi’ Kebuli ni ha, @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Asal jgn smpai Benyai yak RT @hanafimohan: Udah kena' kecai-kecai, RT @hanafimohan: Nasi’ Kebuli @ezakkacax @pak_tehMaMau #Pansai
9 Jun Favorite Retweet Reply

>> hanafimohan
Ndak pula' Benyai,cuman pesai diketai-ketai ja', RT @syachranie_ Asal jgn smpai Benyai ja' @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Seram, Benyai Ketak-ketak,,,RT @hanafimohan: Ndak pula' Benyai,cuman pesai diketai-ketai ja', RT @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun Favorite Retweet Reply

>> ezakkacax
ape ndeeeRT @syachranie_ Seram, Benyai Ketak-ketak,,,RT @hanafimohan: RT @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun Favorite Reply

>> hanafimohan
hee..,bukan name age',dah bederai tebunsai-bunsai, RT @syachranie_ Seram, Benyai Ketak-ketak,, @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Ndeee au ney sampaikan nak teburai-tebunsai-tebebas RT @ezakkacax: ape ndeee RT @hanafimohan: RT @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun Favorite Retweet Reply

>> hanafimohan
tebebas koyak rabai ni haaa... RT @syachranie_ Ndeee au ney smpaikn nak tburai-tbunsai-tbebas RT @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Takkan tadak, tidok kurng tkulai2 RT @hanafimohan: tebebas koyak rabai ni haaa... RT @syachranie_ Ndee @ezakkacax @pak_tehMaMau #Pansai
9 Jun Favorite Retweet Reply

>> hanafimohan
mamai dah acam org bulai, RT @syachranie_ Takkan tadak, tidok kurng tkulai2 @syachranie_ Ndee @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> ezakkacax
baru nak telepeeRT @syachranie_ Takkan tadak, tidok kurng tkulai2 RT @hanafimohan: tebebas koyak rabai RT @syachranie_ Ndee @pak_tehMaMau #Pansai
9 Jun Favorite Reply

>> hanafimohan
ni dah tejuntai-juntai,telempai-lempai, RT @ezakkacax baru nak telepee @syachranie_ @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> wid_do
Cincai jak RT @hanafimohan: tebebas koyak rabai ni haaa... RT @syachranie_ Ndeee au ney smpaikn nak ... http://tmi.me/bk25j
9 Jun Favorite Retweet Reply

>> hanafimohan
Kuater ja' dah jadi Tapai, RT @wid_do Cincai jak,,, @syachranie_ @ezakkacax @pak_tehMaMau #Pansai
9 Jun

>> pak_tehMaMau
Ingat2 ular RT @hanafimohan Nasi’ Kebuli ni ha,kuater ja’ pesai. RT @syachranie_ Apeny yg pansai? @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do
9 Jun Favorite Retweet Reply

>> hanafimohan
ular mentaduk yg kena' bantai di pantai ye..?, RT @pak_tehMaMau Ingat2 ular RT @syachranie_ @ezakkacax @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Tekilai-kilai RT @hanafimohan: ni dah tejuntai-juntai,telempai-lempai, RT @ezakkacax baru nak telepee @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> hanafimohan
ati-ati kesambaian Antu Katai.., RT @syachranie_ Tekilai-kilai.., @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Hmmm antu longgak "@hanafimohan: ati-ati kesambaian Antu Katai.., RT @syachranie_ Tekilai-kilai.., @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai"
9 Jun

>> hanafimohan
Pastilah Antu-nye kusot-masai, RT @syachranie_ Hmmm antu longgak, @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Lupa belanger RT @hanafimohan: Pastilah Antu-nye kusot-masai, RT @syachranie_ Hmmm antu longgak, @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> hanafimohan
Langer-nye beli di Kedai, RT @syachranie_ Lupa belanger RT @hanafimohan, Antuny kusot-masai, @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Pegi kedai Ati-ati tepelongkeng RT @hanafimohan: Langer-nye beli di Kedai, RT @hanafimohan, Antuny kusot-m @ezakkacax @pak_tehMaMau #Pansai
9 Jun

>> hanafimohan
dah tepelongkeng, bekisai-kisai pula' tu, RT @syachranie_ Pegi kedai Ati-ati tepelongkeng, @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Bekisai, tegusal-gusal, teganyah-ganyah teRT @hanafimohan: dah tepelongkeng, bekisai-kisai , RT @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> hanafimohan
Bolehlah di-terai tu..? RT @syachranie_ Bekisai, tegusal-gusal, teganyah-ganyah te @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Diterai nante' bederai RT @hanafimohan: Bolehlah di-terai tu..? RTBekisai, tegusal-gusal, teganyah @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> hanafimohan
Kalau Bederai,tinggallah di-Lem pakai Tapai, RT @syachranie_ Diterai nante' bederai, @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Telempai-lempai RT @hanafimohan: Kalau Bederai,tinggallah di-Lem pakai Tapai, RT Diterai nante @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> hanafimohan
Makenye, di-dedai-lah, RT @syachranie_ Telempai-lempai @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
9 Jun

>> syachranie_
Dikebas-kebas lok sblm di-dedai RT @hanafimohan: Makenye, di-dedai-lah, RT Telempai-lempai @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
10 Jun

>> hanafimohan
Santai ja', ni age' makan satai, RT @syachranie_ Dikebas-kebas lok sblm di-dedai @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
10 Jun

>> syachranie_
Abes kosa kate dah "Ranap" RT @hanafimohan: Santai ja', ni age' makan satai, RT Dikebas-kebas @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
10 Jun

>> hanafimohan
Bukannye ranap, tapi pansai. RT @syachranie_ Abes kosa kate dah "Ranap" @ezakkacax @pak_tehMaMau @wid_do #Pansai
10 Jun


# * # * #


Yang Bekicau:
-) Hanafi Mohan >>> @hanafimohan

-) Syach Ranie >>> @syachranie_

-) Ezak Kacax >>> @ezakkacax

-) Widodo Do >>> @wid_do

-) Maulid Mallaikian >>> @pak_tehMaMau


Yang Nyuson Ulang: Hanafi Mohan


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Minggu 19 Juni 2011
06:30 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Sumber gambar: http://aneh-tapi-nyata.blogspot.com/

Pedabolan ini sebelomnye berasal dari: http://twitter.com/ dengan HashTag #Pansai

Pedabolan ini kemudian dimuat age' di: http://hanafimohan.blogspot.com/


Kamis, 16 Juni 2011

[Bahase Melayu Pontianak via Twitter] #Berungot



>> hanafimohan
Asalkan jgn berungot-rungot ja' #Berungot
7 Jun Favorite Reply Delete

>> syachranie_
Pantas lh taq nmpak sine' upe ee,,ape di ungot ney,,,hmmm RT @hanafimohan: Asalkan jgn berungot-rungot ja' #Berungot
7 Jun Favorite Retweet Reply

>> hanafimohan
Ndak bah, budak2 ni tx tntu pasal ape ja' yg dicakapkn RT @syachranie_ Pantas lh taq nmpak sine' upe ee,,ape di ungot ney,,,hmmm' #Berungot
7 Jun

>> syachranie_
Pantaslah d grup tak timbol, bdak berungot di grup ke,,?RT @hanafimohan: Ndak bah, budak2 ni tx tntu pasal ape ja' yg dicakapkn #Berungot
7 Jun

>> hanafimohan
Bukan pula',nyamok ni nya,abeees aku dihentam sungot-nye, RT @syachranie_ Pantaslah d grup tak timbol, bdak berungot di grup ke? #Berungot
7 Jun

>> syachranie_
Hmm,dh tgas nymok sungot mnsungot, ambek baek ee,obt nymok laku,RT @hanafimohan: Bukan pula',nyamok ni nya,abeees aku dihentam sung#Berungot
7 Jun

>> hanafimohan
Darah di PMI pon jadi laku, RT @syachranie_ Hmm,dh tgas nymok sungot mnsungot, ambek baek ee,obt nymok laku, #Berungot
7 Jun

>> syachranie_
Klu nymok taq ad, sian kryawn baygon (PHK),,,tak ade yg sie2 dr nymok RT @hanafimohan: Darah di PMI pon jadi laku, RT #Berungot
7 Jun

>> hanafimohan
Sian dgn Krywan #baygon,drah qt abes dhntamny, RT @syachranie_ Klu nymok taq ad,sian kryawn baygon (PHK).Tx ade yg sie2 dr nymok #Berungot
7 Jun

>> syachranie_
Saling brbagi, cuman lewat nymok, jgn brbruk sangke ngan nyamok #Donorsehat RT @hanafimohan: Sian dgn Krywan #baygon,drah qt abes dhn #Berungot
7 Jun

>> hanafimohan
Mnding didonorkn,tapi ini jd kurus kereng, RT @syachranie_ Saling brbagi, cuman lwat nymok,jgn brbruk sngke dgn nyamok #Donorsehat #Berungot
7 Jun

>> syachranie_
Jgn lh smpai kurus kereng, jgn maen d kandang nymok. Sikit2 tk ape RT @hanafimohan: Mnding didonorkn,tapi ini jd kurus kereng, #Berungot
7 Jun

>> hanafimohan
ni bukan kndangny ge',tapi markasny RT @syachranie_ Jgn lh smpai kurus kereng, jgn maen d kandang nymok. Sikit2 tk ape #Berungot
7 Jun

>> hanafimohan
@syachranie_ @ezakkacax @pak_tehMaMau @fauziahsyauz _Berungot melangot2 dihentam sungot http://bit.ly/jPMysU http://bit.ly/kYs0P4 #Berungot
7 Jun

>> syachranie_
Seram,,,,markas ee, nyamok pon dh macam nak perang RT @hanafimohan: ni bukan kndangny ge',tapi markasny RT @syachranie_ Jgn lh #Berungot
7 Jun

>> hanafimohan
@ezakkacax ,Aookk..,dari manusie, smpaikn nyamok pon suke bperang, RT @syachranie_ Seram,,,mrkas ee,nyamok pon dh mcam nak perang #Berungot
7 Jun

>> syachranie_
Nymok Racing, ney kan agek musem Moto GP V.Rossi RT @hanafimohan: @ezakkacax ,Aookk..,dari manusie, smpaikn nyamok pon suke #Berungot
7 Jun Favorite Retweet Reply


#*#*#



Yang Bekicau: Hanafi Mohan >>> @hanafimohan & Syach Ranie >>> @syachranie_


Yang Nyuson Ulang: Hanafi Mohan


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Ciputat, Kames 16 Juni 2011
19:49 - 20:29 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Sumber gambar: http://mantabjayapolpolan.blogspot.com/

Pedabolan ini sebelomnye berasal dari: http://twitter.com/ dengan HashTag #Berungot

Pedabolan ini kemudian dimuat age' di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Senin, 13 Juni 2011

[Cerobongkat] "Alejandro Kebuloghan"


Pagi-pagi sekali, atau kalau orang Melayu mbilangkannye tu “pagi-pagi buta’”, tibe-tibe dari dalam suatu ghumah tedengar orang age’ tepekek jeghet alias tepekek kaong, “Kebuloghaaan… !!! Ooouuuugghhhh ….”

Selidik punye selidik, tenyate TKP (Tempat Kejadian Pekare) ni di rumahnye Alejandro bin Augusto. Yang beteriak tepekek kaong tu tak laen dan tak bukan adelah Alejandro.

Marimar betanya', "Alejandro, benarkah dirimu kebuloghan...???"

Lalu dijawab oleh Alejandro, "Tak salah lagi, Marimar. Sungguh aku age' kebuloghan. Tolonglah engkau belikan aku bubogh..!"

Marimar pon nyaot "Tunggulah lo’, Bang Alejandro eee…, Dek Mar nak njemogh cucian lo’. Nante' betai’ lalat pula’ kaen baju’ ni."

‎"Sampai atinye ga' engkau, Adinda Marimar. Mati kebuloghan-lah Kakanda ni," Alejandro sambel nahan pedeh di perotnye.

‎"Mane pula’ sampai ati Dinde ni, Bang Alejandro eee…. Sebentar ja’ Dinde ndedai baju’ ney. Janganlah alay gitu’, Bang Alejandro..! Macam tak suwah puase ja’." Marimar maseh njemor, sisa’ dua’ elai age’.

‎"Dah lah kalau Adinda Marimar ndak mao' mbelikan bubogh. Biarlah Kakanda masak Indomie ja'. Kalau pon tak ade Indomie, kera'-kera' nasi' sisa' semalam pon tak ape-ape lah untok nampal perot ni ha." Alejandro pon langsung pegi ke dapo', selongkar sana' sine'. Buka' tudong saji', tinggal tulang ikan ja' yang tesisa'. Buka' lemari laok-paok, tinggal sayo' asam pedas yang dah basi' ja' yang tesisa'.

Mao’ tak mao’ Alejandro nunggu Marimar selesai ndedai cucian lo’, "Oooow… Mar…!!! Isa' beghape elai agé’ jemoghan kau tu..? Ya Allah…, dah melilét-lilét dah peghot Abang ni. Pandangan pon dah mulai kabogh, nak selap dah rasenye." Sampaikan keluagh aé’ mate Alejandro, tak tau kaghene sedéh atau kaghene kebuloghan.

"Ooiiyyy...Cek Abang..., sabagh-sabaghlah sikit. Ghamai ga' manusie kebuloghan di muke bumi ni, tapi ndak-lah macam Abang tu yang tepekek jeret tepekek kaong di pagi-pagi buta' ni," Marimar pon tepekek jeret ga' belawan ngan laki-nye, Alejandro bin Augusto.

"Memang ghamai yang kebuloghan, tapi tak macam kebuloghan Abang kau ni. Nak bejalan soghang pon dah tak bedaye ghasenye. Dah lah kalau Cek Adek lama’-lama’, Abang nak meghayap ja’ peginye."

Alejandro meghajo' nak pegi ke daghat mbeli bubogh pakai meghayap macam cecak, kaghene nak bejalan dah tadak bedaye age’. Cammane jenes laparnye tu..? Ya Salaaammmm.

Kalau pon dah tak kuase nak meghayap, Alejandro nak beguling-guling ja’. Tak payah…, gertak laot nak ke daghat pon pas dah merengnye.

Pas Alejandro age' ngasek meghayap-ghayap, pas di depan muke pintu, tibe-tibe ayahnye pon masok. Untong ja' tak belanggagh ngan Alejandro.

"Ya Rabbanaaa..., ape hal kau ni, Alejandro..? Pagi-pagi buta’ ni bah dah beghagam. Cobe ga' kau angkotkan lo' ae' dari paghet tu..! Ayah nak mandi' ni ha." Name ayahnye Alejandro tu adelah: Augusto bin Frederico.

‎"Alaaamaaakkk…, Ayah tengoklah kondisi Alee (Alejandro) ni...! Nak bejalan pon dah tak bedaye ngangkat badan, mane-kan age’ nak ngangkat ae'. Alee dah kebuloghan dah ni, Yah," dengan muke minta’ kesian, Alejandro nyaot ayahnye yang minta’ ambe’kan ae'.

Tak beghape lama', Marimar pon dah selesai ndedai kaen baju'. Kemudian die pon masok ke dalam ghumah, rencanenye nak mbelikan Bubogh Ae' untok Alejandro. Kuategh ga' die ngan laki-nye tu. Pas lewat di depan muke pintu, ditengoknye Alejandro dah tekapagh tejalagh macamkan oghang kalah perang. {~}



Penules: Hanafi Mohan & Syach Ranie

Penyunteng dan Penyelaras Akher: Hanafi Mohan


CATATAN:

“Cerobongkat” merupekan singkatan dari “Cerite Nyambong-Nyambong yang Singkat”.

Cerite ini ditules di dalam Bahase Melayu Logat Pontianak.



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Ciputat, Senen 13 Juni 2011
06:32 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Sumber gambar: http://dunianyaanakkita.blogspot.com/

Cerite ini sebelomnye berasal dari: http://www.facebook.com/

Cerite ini kemudian dimuat age' di: http://hanafimohan.blogspot.com/

Selasa, 10 Mei 2011

Cerobong: “Tesangkot di Cempedak Bengas” (Bagian - 1)




Alkisah, idoplah seorang anak manusie di Negeri Cempedak Bengas. Dengar punye dengar, tenyate namenye tu Jema'en. Setelah disusor galor, tenyate Jema'en ni anak dari Pak Tanggok, dan cucu' dari Tok Kaye Buang. Jadi, name lengkap Jema'en ni kalau pakai "bin" (ciri khas Orang Melayu kan namenye tu pakai "bin") yaitu: Jema'en bin Tanggok bin Buang.

Jema’en ni punye kawan kareb, namenye Seman. Istilah Orang Melayu, dua’ orang sahabat ni dah setido’ sepemakanan. Dari keci’ sampailah besa’, dua’ orang sahabat ni selalu besame-same. Dari belajar ngaji, sembayang ke surau, mandi’ di sungai, njale, maen, dan sebagainye. Jema’en dan Seman pon selalu sekolah di sekolah yang same, dari SD sampailah SMP. Pas sekolah SMA, baru’lah tak same-same age’. Jema’en ni budaknye pemalu, takot same cewek. Kalau ade cewek lewat, die suke betapo’ di bawah bangku.

Syahdan, ari beganti ari, minggu beganti minggu, bulan beganti bulan, taon beganti taon. Dengar punye dengar, Jema’en ni rupenye nakal diam-diam. Waktu SMP, kalau age’ di dalam kelas, Jema’en ni suke benar begendang. Ape kan age’ kalau pas jam istirahat, ataupon age’ tak ade guru. Lagu andalannye kalau age’ benyanyi di dalam kelas yaitu Lagu Bang Haji Rhoma Irama. Lagu Bang Haji Rhoma Irama yang age’ ngetop waktu itu adelah lagu bejudul “Stress”.

Yang paleng mbuat Jema’en maseh ingat sampai sekarang adelah ketue kelasnye waktu SMP. Entah tak tau di mane rimba’nye sekarang, rindu’ ga’ Jema’en nak jumpe dengannye tu. Maklomlah, ketue kelas yang satu ni adelah ketue kelas yang paleng nakal, ketue kelas yang suke ngulukan budak-budak ribot di dalam kelas.

Jema’en nggelar kawannye yang jadi ketue kelas tu sebagai ketue kelas abadi. Bayangkan, dari kelas 1 sampai kelas 3, malar muke die tak die ja’ yang jadi Ketue Kelas. Padehal bukannye tak ramai budak-budak di dalam kelas tu yang bise dipileh dan pantas menjadi ketue kelas. Tapi age’-age’…, setiap pemilehan ketue kelas, selalulah Ketue Kelas abadi tu yang tepileh. Heran ga’ ngape bise begitu’. Jangan-jangan Ketue Kelas Abadi tu ade kongkalikong kali' ngan Guru Wali Kelas.

Dolo’ waktu SMA, Jema'en ni pernah nakser adek kelasnye yang bename Zulaeha. Selidik punye selidik, rupenye name Ayahnye Zulaeha yaitu Pak Alang Ramli, sedangkan Emaknye yaitu Mak Long Baidah. Pak Alang Ramli anak dari Tok Uneng Deraman. Jadi, kalau name Zulaeha pujaan hati Jema’en ni dijejerkan acam budak SD bebares nak masok kelas, make haselnye acam ini: Zulaeha binti Ramli bin Deraman.

Dolo’-dolo’ ge’ jeman sekolah, Jema'en bin Tanggok bin Buang ni sempat ga’ ngurat Zulaeha binti Ramli bin Deraman. Jalan seminggu Jema'en ngurat, akhernye sampai waktunye dirase dah tak mampu nak nahan-nahan perasean hatinye. Diajaknyelah Zulaeha binti Ramli bin Deraman ni bejumpe tang taman kote.

Hatta…, sampailah masenye Jema’en nak meluahkan semue isi’ hatinye kepade Zulaeha pujaan hatinye tu. Zulaeha cuman tetundok-tundok tak berani natap wajah Jema’en. Entah ape pula’ pasalnye bise macam itu, seakan-akan wajah Jema’en tu seram benar acam antu bangket menaon. Kalau Jema’en jangan ditanya’ age’, saat itu lutotnye begegar tak tentu rudu bagai rumah age’ kena’ guyu' raksasa.

Nak mbuka cerite, Jema'en pon betanya' lah ngan Zulaeha, “Ha.., tade’ ke sine’ naek ape..?” (Ha = Leha = Zulaeha)

“Leha ke sine’ naek sampan tambang, Bang Ma'en ee,” jawab Zulaeha. (Ma'en = Jema'en).

“Siape pula yang maseh nambang malam-malam ni..?" tanya’ Jema'en, karene biasenye orang nambang sampan cuman sampai Maghreb ja’.

Leha pon njawab, "Maseh ade pula' seorang dua' orang yang nambang tu, Bang."

"Ooo..., gitu'," kate Jema'en.

"Memangnye Abang tade' naek ape..?", tanya' Leha kepade Jema'en. Kalau Jema'en malar ja' nak mandang wajah Leha, sedangkan Leha malar ja' tetundok-tundok mandang ke bawah.

"Abang sih tade' naek Spid di Tambang Spid yang dekat Mesjed Jami' tu. Tambang ape namenye tu..?"

Ceh, ceh, ceeehhh..., Jema'en ni... pandaaaiii mbawa' cerite ke arah laen, jadi pasal tambang-menambang pula' yang dicakapkannye.

Dah puas bedabol, Jema'en pon nengok jam yang ade di taman kote yang nunjokkan jam 20:33, basa-basi dirase dah cukop, sampailah saat-saat yg mendebarkan, "Nak nunggu bile agek’..?" dalam hati Jema'en bekate.

Jema'en pon teputar sana', teputar sini', kulu' kile', ke laot ke darat, ke kanan ke kiri', sampai-sampai Leha pon heran dibuatnye. Dalam hati Leha bekate, "Entah ape-ape ja' yang dibuat Wak Ander satu ni. Tekaca-ganyah sekali' geraknye. Kalau nak becakap, becakaplah langsung. Betunggu tanggar kite dibuatnye."

Sementare Jema'en jangan ditanya' age', geraknye semaken tak tentu rudu. Nak becakap ga', tapi malu-malu ga'. Ape hal…

Leha pon dah tak tahan mandang Jema'en yang hundu-hander tak tentu pasal tu. Akhernye, telepas cakaplah Leha, "Bang Ma'en ni sebenarnye ade maksod ape ngajak-ngajak Leha ke sine'..?"

Haaahhh.... kau…, teperanjat Jema'en ndengar Leha cakap model cam itu. Jadi, mao' tak mao'lah Jema'en pon njawab petanyaan Leha tu, "Gini' bah Leha, maksod Abang ngajak Leha ke sine' ni ade hal yang sangat penting yang nak dicakapkan."

"Hal ape tu, Bang..?", tanya' Leha age'. Tutor katenye mengalon-ngalon dan mendayu-dayu, khas gadis Melayu.

“Hufff…,” Jema'en pon narek napas panjang, cek-ceknye macam orang nak ngumpolkan kekuatan. “Gini’ bah Leha, kite ni dari dolo’ sampailah sekarang selalulah besekolah di sekolah yang same.”

“Memangnye ngape Bang Ma'en eee..?”

“Itulah die…, sebelomnye Abang mao’ nanya', Leha udah ade yang punye ke..?” Sikit gugup Jema'en mberanikan diri’ nanya' Leha.

Leha pon njawab dengan tegasnye, “Leha dah ade yang punye, Bang.”

“Hee… eh …, benarlah sikit ...?” tanya’ Jema’en dengan raot wajahnye yang agak sikit teperanjat.

“Iye…, Bang. Masa’ pula’ Leha nak mbualkan Abang. Tak ade untongnye bah mbualkan Abang tu.”

“Kalau boleh tau…, memangnye siape budaknye tu …?” Jema’en semaken penasaran.

“Bukannye budak-budak, Bang, tapi orangnye tu dah berumor,” wajah Leha nampak sangat serius.

“Oooo…, begitu’.” Telihat dari raot wajahnye, Jema’en nampak sangat kecewe.

Suasane pon agak sikit hening sebentar. Waktu bagaikan berenti sejenak dari peputarannye. Dalam benaknye Jema’en bekate, “Nasebnye ga’ aku. Pantaslah selama’ ini Si Leha selalu menghindar. Rupenye die dah ade yang punye.”

Tibe-tibe Leha betanya’, “Apenye pula’ yang begitu’ tu, Bang?”

Ditanya’ macam itu, Jema’en macam orang tekejot pula’, “Yang begitu’ yang mane pula’?”

“Ndak eh …, Abang ga’ tade’ bilang …. Oooo…, begitu’. Maksodnye apenye yang begitu’ tu?”

“Iye…, begitu’lah die maksodnye.” Care becakap Jema’en semaken tak tentu rudu dan semaken tak beratoran.

“Abang mao’ tau ndak siape orang yang dimaksod tu?” tanya’ Leha kepade Jema’en.

Jema’en pon njawab, “Bolehlah …, daripade ga’ penasaran.” Padehal hati Jema’en dari tade’ dah betuku’ nahankan rase.

“Begini’ bah, Bang. Orang yang Leha maksod tu adelah Orang Tue-nye Leha, Ayah dan Emak-nye Leha… bah. Hehehehe….”

Ndengar itu, baru’lah wajah Jema’en bise cerah becahaye macam bulan purname.

“Kalau itu sih …. tentulah…. Abang pon begitu’ ga’, dah ade yang punye, hahahaha…,” baru’lah Jema’en bise ketawa’ lepas. Untong ja’ rahangnye tu tak sampai telepas karene ketawa’ lebar-lebar, lebarnye dah macam singe yang age’ nganga’.

‎"Ndak eee…, Bang Ma'en ni…, ketawa’ pula’ die ye. Leha betanya' dari tade’ belom dijawab-jawab."

Sakeng gembirenye Jema'en, sampai lupa lape' ngan yang ditanya'kan Leha.
"Leha tade’ nanya’ ape ye?" sambel garok-garok kepala, Jema'en cobe ngingat ape yang di tanya'kan Leha.

"Halaaah Abang ni…, belom ga’ sejam Leha nanya' …, dah lupa dah. Bang Ma'en ngajak Leha ke sine' ni, ade ape?" Dengan muke serius Leha negaskan agek pertanyaannye. "Hari ni dah malam, Leha tak bise balek malam-malam, nante’ Bapak Leha beleter, Bang eee...."

“Gini’ bah Adinde Leha, dari tade’ tu sebenarnye Kande Ma’en ni pengen ngungkapkan sesuatu. Cuman itulah…, payahnyeee ga’ nak ngungkapkannye tu. Kate Orang Melayu, beratnye tu terase macamlah kena’ timpa’ langet yang runtoh. Cobelah bayangkan, cammanelah rasenye kalau kena’ timpa’ langet yang runtoh! Tentulah Adinde tak bise mbayangkannye, karene belom pernah kena’ timpa’ langet runtoh. Betol ndak?”

Begitu’lah die bunyinye cakap Jema’en. Sekarang dah pandai pula’ manggel pakai sebotan Adinde kepade Leha jantong hatinye tu, dan mbahasekan diri’ die tu pakai sebotan Kakande.

“Aookk…, Kande, memang belom bise dibayangkan yang acam gitu’ tu. Jangankan kena’ timpa’ langet runtoh, kena’ timpa’ langet-langet rumah ja’ tak pernah. Jaohkan bale lah Adinde kena’ yang macam itu,” jawab Leha dengan selembenye, sambel ga’ mbahasekan diri’nye Adinde, dan manggel Jema’en pakai sebotan Kande. Ndengar itu, kembang kuncup hati Jema’en yang tak laen adelah budak Kampong Sampan Beranyot tu.

Leha mulai resah dan gelisah sambel nengok-nengok jam yang melingkar ditangannye. Udah larot malam, belom ga’ Jema'en mengungkapkan sesuatu yang entah ape yang akan diungkapkannye tu, Leha pon tak tau.

Akhernye Leha betanya’ age’ untok yang kesekian kalinye. "Kande...? Sebenarnye Kande ni mao’ ngomong ape? Cepatlah sikit.., hari ni dah semaken malam, nante’ Dinde kena’ leterkan Emak same Ayah pula’ kalau balek malam-malam.”

Ndengar petanyaan Leha.., Jema'en jadi semaken kalot tak tentu rudu dan jantongnye bedegup kencang bedebar-debar. Setiap Jema'en mau ngungkapkan isi’ hatinye, selalu ja’ ragu, dan suarenye macam nyangkot di kerongkongan. Peraseannye becampor adok antare mao’ ngungkapkan perasean dengan takot kalau-kalau cintenye ditolak same Dinde Leha pujaan hatinye tu.

Akhirnye Jema’en urongkan niatnye, karene die takot cintenye betepok sebelah tangan. Selanjotnye, Jema’en antarkan Leha balek ke rumah. Dalam pejalanan balek ke rumah, pikerannye becampor adok. Tapi memang dasar Jema’en tu maseh budak-budak, takot nak nyatekan cintenye. Sampai di rumah, die bejumpe ngan Pak Cik Ramli Bujang Telajak yang tak laen adelah Pak Mude-nye. Die ceritekan prihalnye dengan Leha. Pak Cik Ramli bekate, “Kalau kau takot nyatekan cinte dengan Leha, biar Pak Cik yang maju, telanjor Pak Cik kau nih belom dapat bini. Biar nante’ Pak Cik melamar die jadi bini.”

Tak piker panjang, Jema’en pon becicak lari ke rumah Leha. Biarpon dah malam, tak ape-ape pikernye, asalkan Leha tau bahwe die cinte ngan Leha, daripade disambar Pak Cik Ramli Bujang Telajak, tambah parah.

Dengan napas tejengap-jengap karene bekejar, akhernye sampailah Jema'en di depan rumah Leha. Dengan begitu besemangatnye, Jema'en pon ngetok pintu rumah Leha. Untong ja’ Leha yang mbuka’kan pintu, cobelah semisalkan ayahnye Leha yang mbuka’kan pintu, bise-bise batal age’ niatnye untok nyatekan cintenye.

Betape tekejotnye Leha melihat Kande Jema'ennye udah tecogok di depan muke pintu dengan napas yang tejengap-jengap. "Ade ape, Kande? Macam orang kena’ kejar antu bangket ja'.”

Jema’en berusahe ngator napasnye supaye bise ngomong dan ngungkapkan isi’ hatinye. Tekadnye udah bulat mau ngomong hari itu ga’ sebelom kedolo’an Pak Cik Ramli-nye.

Akhernye Jema'en mberanikan diri’ nyampaikan isi’ hatinye. "Dinde Leha …, sebenarnye Kande ke sine’ ni eeeemmm...maaa.....ooo’...,” kate-katenye teputos-putos, macamlah berat benar yang nak diucapkan tu, "… ngomong kalau Kande cinte same Dinde." Dengan tebate-bate Jema'en ngomong, akhernye terucap ga’ kalimat yang dari tade’ tetahan di batang lehernye.

Ndengar ucapan Jema’en tu, Leha pon teperanjat. Dan pas die nengok ke kaki Jema'en, rupenye Jema'en pakai kaki ayam (alias tak pakai alas kaki). Lalu Leha pon berucap, "Kesiannye Kande Jema'en bele-bele ke sini' tengah-tengah malam buta' ni cuman nak mbilangkan cinte ngan Leha. Dah itu cuman pakai kaki ayam pula' tu. Memangnye kaki Kande Jema'en ditaro' di mane? Tak marah ke ayam kakinye Kande pakai?"

"Ndak eh Adinde ni, kaki Kande pula' yang dimasalahkannye. Nak pakai kaki ayam ke, nak pakai kaki kude ke, nak pakai kaki manusie ke, yang penting bise cepat sampai ke sine'. Jawablah lo'! Diterima' ndak cinte Kande ni?"

Leha tekejot ndengarnye. Rase bahagie tak tehingge, karene akhernye pujaan hatinye dah berani mbilangkan cinte kepadenye. Tanpa disadari Leha, rupenye Jema’en dah lari balek ke rumahnye. Rupenye ade Ayah-nye Leha di belakang pintu. Leha pun pucat ketakotan, karne ayanye tak suke kalau Leha becinte dengan Ma’en. Die lebih suke kalau Leha same Ramli Bujang Telajak. Leha pon bingong nak mileh mane: orang tue ke …, atau cintenye… Kande Jema’en buntat kaseh intan berlian.

Semalaman itu Leha nanges. Nangesnye besambong-sambong. Berenti sebentar, dah itu nanges age’, dah itu berenti age’, dah itu nanges age’. Besoknye, dengan mate yang maseh sembab karene nanges semalaman, Leha melangkahkan kaki ke rumah Jema'en. Leha nceritekan semue yang dikatekan ayahnye semalam.

Betape tekejotnye Jema'en ndengar cerite dari Leha, karene cinte Pak Cik Ramli-nye disambot baek oleh ayahnye Leha.

“Cammane jadinye ni, Kande? Kande haros bebuat sesuatu,” kate Leha.

Jema'en merenong sambel bepiker, sampai bekerot-kerot kenengnye. Die sadar kalau die tak ada duet nak ngelamar Leha. Ape age’ orang Melayu pasti ade antarannye tu. Kalau nak kawen lari, die pon tak punye ongkos tambang nak mbawa’ lari Si Leha. “Oh … naseb …, ngape ke jadi begini’, susahnye ga’ jadi orang melarat tak punye kerje,” bekate-kate Jema’en di dalam benaknye. Teringat die kalau Leha maseh nunggu jawabannye. Yang pasti, Jema’en bingong nak njawab ape.

* * *

Memang ..., di Negeri Cempedak Bengas pade mase itu tak menutop kemungkinan budak-budak yang maseh sekolah SMA bise menikah. Tapi age'-age' semuenye balek ke orangnye. Keluarge melarat macam keluargenye Jema'en tentunye payahlah nak nyampaikan hajat yang macam itu. Datoknye Jema'en memang orang kaye (Datoknye Jema'en bename Tok Kaye Buang), tapi Ayahnye Jema'en bukanlah orang kaye. Dolo'-dolo' Ayahnye Jema'en memang banyak punye tanah, kaye sangat pon ndak, tapi ndak-lah melarat macam sekarang ni.

Ceritenye, Ayahnye Jema'en ni pade mase mudenye adalah pekerje keras. Tapi ndak tau lah, kire-kire pas beliau berumor 40-an, mulailah bedatangan penyaket macam-macam yang nginggap. Sehingge tanahnye yang banyak tu akhernye satu-pesatu dijual untok biaye pengobatannye. Menurot istilah Orang Negeri Cempedak Bengas, itulah die yang namenye "bejual sesak". Namenye bejual sesak, jangan harap bise bejual tanah tu dengan harge yang sesuai keinginan kite. Bahkan tanah-tanah yang dijual tu kebanyak’an dibayar incet-incet (berangsor-angsor).

Karene sadar dengan keadean ekonomi keluargenye yang boleh dikate sangat tebatas, bukan orang bepunye, dan didorong ga’ oleh keingenannye untok meminang pujaan hatinye, Jema'en akhernye betekad untok ncare' kerje, kerje ape ja'lah yang penting halal.

Dalam keadean gundah gulane, tibe-tibe Jema'en teringat kawan karebnye dari keci' sampai besa', yang selalu besame-same, yang udah setido' sepemakanan. Udah lama ga’ die tak pernah age’ bejumpe ngan Seman, sahabatnye yang kini bekerje di luar kote. Jema'en dapat kabar kalau kawan karebnye tu sekarang udah balek ke kampongnye. Mengetahui hal itu, dengan tegese-gese Jema'en bejalan nuju ke rumah Seman.

Di tengah jalan, Jema'en bejumpe dengan Tok Endap. Tok Endap ni merupekan Datok Kemanak’an Jema’en, lebeh tepatnye yaitu adek dari Datoknye Jema’en, yaitu Tok Kaye Buang.

“Pucok dicite, ulam pon tibe. Aku tu dari semalam mao’ betemu kau ni, Ma'en,” ucap Tok Endap.

“Ade can ape ni Atok ncare' saye?” tanya Jema'en dengan mate bebinar-binar, ngarapkan ade can baek untoknye.

“Begini’, Atok mao’ minta’ tolong kau ngantarkan Atok ke tempat orang yang mao’ mbeli tanah Atok yang di Paret Lengkong. Cammane Ma'en, bise ndak kau antarkan Atok ke tempat orangnye tu?” tanya’ Tok Endap.

“Alaaaa… Tok…, bukannye saye ndak mao’, tapi saye age’ sibok hari ini ni. Kebetolan saye nak pegi ke rumah Seman, dengar-dengar die ade balek, age’ berade di kampong kite ni. Memang Tok Endap nak minta’ diantarkan ke mane..?”

”Minta’ tolong ngan kau untok antarkan Atok ke Kampong Derian Runtoh, ke rumah Si Ramli. Ape budak-budak biase manggelnye tu...,” Tok Endap sambel ngingat-ngingat. “Aaaa…, budak-budak biase manggelnye tu … Pak Alang Ramli.”

”Haaahhh…, benarlah sikit, Tok..?” Jema’en sambel tegamam, karene rumah yang dimaksod tu tak laen dan tak bukan adelah rumahnye Leha.

“Ndak eh…, ngape pula’ kau tekejot..?” tanya’ Tok Endap.

”Ndak bah, Tok. Biase ja’,” jawab Jema’en becampor senang dan bingong. Senang, karene rumah yang nak didatanginye tu rumahnye Leha. Bingong, karene die belom njawab petanyaan Leha tempo hari tu. Pokoknye becampor adoklah peraseannye saat itu.

"Ma'en, boleh ndak Atok cerite ke kau mengenai suatu hal..?" tanya' Tok Endap kepade Jema'en.

Jema'en pon njawab dengan lugasnye, "Tentulah boleh, Tok. Hal ape yang nak Atok ceritekan tu?"

"Ehwal amanah dari Almarhom Tok Buang kau."

"Amanah ape tu, Tok..?" Jema'en betanya' age'.

"Tok Buang kau pernah beamanah kepade Atok, kalau suatu waktu Tok Buang kau dah tak ade di dunie ni, dan Tok Endap maseh idop, make beliau minta' tolong perhati-perhatikan anak-cucu'nye."

"Oooo..., gitu'. Atok selama' ini kan dah sangat perhatian dengan anak cucu' Tok Buang, temasok sangat perhatian kepade saye dan keluarge saye."

"Ma'en, Datok kau pernah punye keinginan, beliau ingen anak-cucu'nye njadi orang yang beilmu dan bependidek’an tinggi. Beliau bepesan kepade Atok, kalau beliau dah tak ade di dunie ni, beliau minta' Atok untok ngarahkan anak-cucu'nye njadi seperti keingenannye tu. Tapi kau tau sendiri', Atok ni pon banyak tanggongan, dan bukanlah orang yang berade benar. Atok cuman bise sampaikan hal ini. Atok betekad, kalau memang Atok ade rejeki lebeh, Atok pengen nyekolahkan salah seorang cucu' Datok kau."

"Oooo..., begitu' ke, Tok."

"Iye, memang begitu'lah adenye. Dan mungkin kau lah Jema'en orangnye yang akan Atok sekolahkan, bahkan insya-ALLAH sampai bependidek’an tinggi. Kau do’ekan ja' semoge Atok selalu sehat wal afiat, dan dilancarkan rejeki oleh ALLAH."

“Amiiin…, mudah-mudah Atok sehat dan murah rejeki," Jema'en ngaminkan do'e Tok Endap-nye.

“Jadi…, kire-kire jam berape nak berangkat ni, Tok? tanya' Jema'en.

"Ayo'lah kite sekarang berangkat. Memangnye nak nunggu ape age'..? Nak nunggu Lebaran Belande ke ape..?"

"Hahahaha..., ade-ade ja' Atok ni. Sekalian ja' nunggu Jepang besunat," ujar Jema'en.

"Haaahh..., tau bah kau. Kalau begitu', ayo'lah kite begegas ke Kampong Derian Runtoh. Kebetolan ga' matahari belom tenjak ni."

Akhernye Jema'en dan Tok Endap pon berangkat nuju ke Kampong Derian Runtoh pakai sampan punye ayahnye Jema'en. Yang bekayoh jadi juru mudi yaitu Jema'en, sedangkan Tok Endap dudok manis di tengah-tengah sampan.

Di tengah panas bedengkang, sampan yang dikayoh Jema’en begerak pasti menelusori Sungai Cempedak. Sayu-sayu tedengar Tok Endap besenandong lagu "Seroja"....

Mari menyusun seroja
Bunga seroja ah... ah...
Hiasan sanggul remaja
Puteri remaja ah... ah...

Rupa yang elok
Dimanja jangan dimanja ah... ah...
Puja lah ia sekadar
Oh sekadar saja

Mengapa kau bermenung
Oh adik berhati binggung
Mengapa kau bermenung
Oh adik berhati binggung
Lupakan saja asmara
Pada asmara...
Lupakan saja asmara
Pada asmara...

Mari menyusun seroja
Bunga seroja ah... ah...
Hiasan sanggul remaja
Puteri remaja ah... ah...

Rupa yang elok
Dimanja jangan dimanja ah... ah...
Puja lah ia sekadar
Oh sekadar saja

Tak berape lama’, sampailah Jema’en dan Tok Endap ke Kampong Derian Runtoh.

Laen Tok Endap, laen pula' Jema'en. Pas die ndengar lagu Seroja yang dinyanyikan oleh Tok Endap, seakan-akan die-lah (Jema'en) yang nyanyikannye besame-same ngan Zulaeha. Dalam bayangan Jema'en, seakan-akan die dan Zulaeha age' berade di Taman Bunge, sambel nyanyi Lagu Seroja, dan alam pon seakan-akan menjadi musik pengirengnye. (Maklomlah.., Jema'en ni suke Nonton Pelam India, Pelam Rhoma Irama, dan Pelam Allahyarham Tan Sri P. Ramlee).

Asek-asek Jema'en ngayal, lupa’ cerite kalau dah sampai.

“Ma'en…, nak bekayoh ke mane kau ni, Cu'? Dah sampai oiii!"

Teperanjat Jema'en ndengar suare Tok Endap manggelnye.

* * *

Singkat cerite, Jema'en dan Tok Endap dah sampai ke Kampong Derian Runtoh, tepatnye di rumah Pak Alang Ramli yang tak laen adelah Ayahande dari Zulaeha Si Jantong Hati Belahan Jiwe Jema'en budak Kampong Sampan Beranyot.

Hati Jema'en bedegap-degup tak tentu rudu, sambel njelang-njeling ke dalam, kali' ga' ade Zulaeha. Sementare Jema'en njelang-njeling ke dalam rumah, Pak Alang Ramli pon njeling-njeling ga'. Laen yang dijeling oleh Jema'en, laen pula' yang dijeling oleh Pak Alang Ramli.

Memangnye ape atau siape yang dijeling oleh Pak Alang Ramli...? Tak laen dan tak bukan, Jema'en lah yang age’ dijeling oleh Pak Alang Ramli. Pak Alang Ramli tentunye tak berani nak marah-marah ke Jema'en pasal tempo hari Jema'en tengah-tengah malam buta' ke rumahnye (ke rumah Pak Alang Ramli), karene saat ini besame ngan Jema'en ade Tok Endap yang tak laen adelah datok kemanak’an Jema'en. Apekan age' saat ini sedang belangsung pembicarean hal ehwal jual-menjual tanah.

Laen yang di luar, laen pula' yang di dalam. Siapelah age' kalau bukan Zulaeha si Cahaye Mate Pujean Jiwe Jema'en. Ceritenye, Zulaeha ni ndak tau pasalnye kalau Jema'en age' berade di rumahnye. Saat ini Zulaeha ege' temenong-temenong sendiri' sambel mbace surat dari Jema'en. Entah ape ke isi'nye tu, cuman Jema'en, Zulaeha, dan Tuhan ja' yang tau.

Lamat-lamat didengar oleh Zulaeha suare dari luar. Dalam benak Zulaeha bekate, "Macam kenal pula' suare orang di luar tu. Tapi ... siape ye?"

Memanglah begitu' adenye kalau orang yang saleng cinte. Maseng-maseng orang biasenye saleng mengenal satu same laennye. Temasok dalam hal ini yaitu suare. Walaupon tak mandang wajah orangnye, tapi dari suarenye dah bise tau kalau suare tesebot adelah suare orang yang dicinteinye.

Dua' orang yang saleng cinte tu macamlah magnet yang bebede kutub, die akan tarek menarek. Ade reaksi kimia kalau kedua'-dua'nye saleng betemu. Walaupon dari jarak yang jaoh, seorang pecinte pasti akan tau kalau orang yang dipandangnye dari jaoh tu adelah orang yang dicinteinye.

Dengan penasaran, Leha keluar dari kamarnye dengan perasean yang becampor adok dah macam Es Campor. Leha ngelangkahkan kakinye nuju ke ruang tengah rumah, nak ngintep untok mastikan suare yang didengarnye.

Pelan-pelan sambel bejinjet, Leha bejalan njage supeye langkahnye tadak didengar ayahnye. Ibarat kate pepatah, Leha ni bejalan "Semot dipijak pon tadak mati".

Begitu’ sampai di muke pintu pembatas antare ruang tamu ngan ruang tengah rumah, Leha pelan-pelan nyingkap horden, "Haaa... kaaan…, betoool perasaan Leha, ni pasti suare Kande Jema'en," gumam Leha dalam hati. Senangnye minta’ ampon. Baru’ ndengar suare Jema'en ja’, hatinye dah bebunge bunge. Kalau acam pelam kartun tu … ade kembang api meledak-ledak di atas kepala' Leha.

Tibe-tibe ade suare orang mendehem-dehem. "Alamaakk.., suare siape pula' tu..?" Leha becakap dalam hati. "Kalau suare Kande Jema'en tentunye tak parau macam itulah. Selaen parau, seram pula' tu. Suare Kande Jema'en kan merdu acam suare P. Ramlee."

Sementare di luar age' ade yang betanding jeling-menjeling. Jema'en njeling ke dalam rumah, sedangkan Pak Alang Ramli njeling ke Jema'en, sambel ga' becakap ngan Tok Endap pasal jual-menjual tanah.

Selidik punye selidik, rupenye suare mendehem tade' tu tak laen dan tak bukan adelah suare Pak Alang Ramli. Beliau mendehem setiap kali nengok Jema'en yang age' njeling ke dalam rumah.

“Usah njeling-njeling sangat, nante’ bise jadi juling!” tedengar semacam suare sergah dari bawah tingkap.

Jema'en yang age' ngasek njeling-njeling ke dalam rumah tibe-tibe teperanjat ndengar suare yang antare jelas dan ndak baru' ga' tedengar dari bawah tingkap. "Weishh..., suare siape pula' tu," benak Jema'en. Yang pasti, itu bukan suare Pak Alang Ramli yang age' berade di dalam rumah, karene suare yang baru' didengarnye tu berasal dari arah luar rumah, lebeh tepatnye berasal dari dekat-dekat tingkap. Demi ngilangkan penasarannye, Jema'en pon nuju ke dekat tingkap asal suare tade' tu. Ketika die njengok keluar, tenyate ditengoknye ade budak keci' seumoran SD lari tunggang-langgang. "Hahahaha...", suare ketawa' Jema'en tetahan-tahan, tak berani nak ketawa' besa'-besa'. Dalam benaknye Jema'en berujar, "Itu rupenye budak yang nyergah aku tade' tu. Ade-ade ja' budak tu ye."

Budak yang nyergah yang kemudian lari tunggang langgang tu tenyate namenye Daod. Sebenarnye Si Daod ni cuman kebetolan melintas di depan rumah Pak Alang Ramli. Ditengoknye lampu strongkeng nyilau mate, macam ada beruwah (kenduri) ja’. Daod ni kebetolan kena’ suroh datoknye mbeli kopi ngan gule di Kedai Si Ango yang ade di Ile’ Kampong Sampan Beranyot. Penasaran dengan wujod ape ke bende yang besinar-sinar macam lampu strongkeng tu, Si Daod pon ndekat ke rumah Pak Alang Ramli. Pas die njengok dari bawah tingkap, tepandanglah olehnye Abang Jema’en kite tu asek tejeling-jeling ja’. Lalu Daod dengan mbesa’kan suarenye (macam nyergah) bekatelah demikian itu yang sampai mbuat Jema’en tekejot. Setelah itu, sambel mbetolkan kain sarongnye, Daod begegas langsung bedebus lari di atas gertak.

Setelah agak jaoh dari rumah Pak Alang Ramli, Daod pon berenti di dekat pelantar rumah orang yang berade pas di tepi gertak. Napas die keci’ besa’ keci’ besa’, sambel becekak pinggang Daod bekate, "Hadoooh…, naseb baek orangnye tak nengok aku. Buat tebiatlah tade’ tu. Mane sendal aku pon jadi putos ni ha. Naseeeb…, naseeeb…," direjamkannye sendalnye ke ae’ (ke sungai).

* * *

Jema'en balek dudok dekat Tok Endap-nye, sambel ndengarkan cakap Pak Alang Ramli ngan Tok Endap-nye. Dalam hati Jema'en bekate, "Besa’ nampaknye can Tok Endap ni. Cuman…, tanah yang sebelah mane yang nak dijual Tok Endap ni?" Nampak Jema’en macam age’ ngingat-ngingat.

"Oh... iye, tanah yang di Paret Lengkong. Baru’ ingat aku," benak Jema'en. Dan seingat Jema'en, tanah ayahnye pon ade ga' di Paret Lengkong tu. Dolo' waktu maseh SD, seingat Jema'en, die besame ayahnye pernah bejalan-jalan ke Paret Lengkong untuk betandang ke rumah salah seorang kerabatnye. Setelah itu, sambel ga' ninjau-ninjau tanah punye ayahnye di Paret Lengkong tu.

Laen yang ade di ingatan Jema'en, laen ga' kenyateannye. Tenyate tanah ayahnye yang di Paret Lengkong tu dah abes dijual waktu nak mengobati penyaket ayahnye.

Tibe-tibe Pak Alang Ramli mekek, dan itu udah sukses memecah lamonan Jema'en.

"Ooo… Baedah…, Baedaaah…! Dari tade’ aku bedabol ngan Pak Endap ni, kereng teka’. Mane ae’ kopi ni?"

"Iyeee, Bang, tunggu lo’, ae’nye baru’ ndideh ni," jawab Zubaedah isteri Pak Alang Ramli, sambel berungot-ungot sorang di dapo’.

"Memanglah Abang ni, tau-nye merintah ja’. Cobe ga’ beli termos, nyamanlah nak nyimpan ae’ panas ni. Tada’lah dah ade orang datang baru’lah nak njerang aek’. Waktu ujan waktu berangkot. Bekalot kite dibuatnye," gumam Mak Long Baidah.

Tak beberape lama’, keluarlah seorang perempuan setengah baye dari dalam rumah sambel mbawa’ baki yang berisi’ tige cawan ae’ kopi.

"Silekanlah... Pak diminom," ucap perempuan tesebot yang tak laen adelah isteri Pak Alang Ramli, yaitu Mak Long Baidah.

Sementare itu, Jem. a'en masih temenong. Sedeh hati Jema'en begitu’ sadar kalau tanah ayahnye udah abes tejual. Tak ade age' harte ayahnye yang bise diharapkan Jema'en. Kini yang tesisa’ cuman sebuah rumah sederhane yang kini didiami mereke sekeluarge

Jema'en pon mulai nak ngayal. Dalam hatinye bekate, "Andaikan aku punye sebuah pulau ye. Aku akan mbawa’ Leha untok tinggal besame-same bedua’ ja’ di pulau itu, biar tak ade yg ngacau." Huuff..., Jema'en mbuang napas menyudahi khayalannye yang maseh tebayang baying, serase tak rele berenti ngayal.

Tepandang Pak Alang Ramli ni dengan Jema'en, lalu timbol kesian nengok Jema'en dudok sorang.

"Oooo... Jema'en, sine' gak!" pekek Pak Alang Ramli.

"Ade ape Pak Alang manggel saye?" Sambong Jema'en sambel ngorek idong.

"Oooo… Jema'en, kau tau ndak kisah asal-usol pisang Wak Uguk? " tanya’ Pak Alang Ramli.

"He eeeh…, dari mane pula’ ceritenye tu? Puas saye ngumpol di Seng-Hi, tak suwah pula’ ndengar cerite macamm itu." Jemaen pening kepala’nye karene bingong.

Pak Alang Ramli pon nyilekan Tok Endap minom kopi, “Silelah dipinom kopi tu, Pak Endap eee…. ,Tadak ade ape-ape ni…, maklomlah….”

Belom Tok Endap minom, Pak Alang Ramli pon dah negok kopi-nye.

"Yarabbanaaaa…, kopi ape pula’ ni, tadak berase ape-ape…, tang pait ja’ yang ade."

"Oooo… Baidah, ngape kopi kau ni?"

Ndengar Pak Alang Ramli tepekek kaong, berenti Mak Long Baidah yang tengah ngasek mbelinatkan sambal untok makan karang.

"Ade ape, Bah?" Pekek Mak Long Baidah dari dapo’.

"Baedah, kopi yang kau buat ni ngape pulak pait? Kau kan tau selere aku, 35 taon dah kite kawen, maseh gak kau ni salah ngado'kan aku kopi,” leter Pak Alang Ramli.

Tak sadar Pak Alang Ramli ni liornye meletop kena' pipi Tok Endap.

"Ooo … Bah, aku ni ja’ tak tau ngape bise jadi macam gitu’," Mak Long Baidah pon kalot ga’, rase-rase die tak ade pula’ yang salah.

"Mmmm.... kau ni, Baedah. Cobe ga’ kau agak Si Apeng sana'!" Kate Pak Alang Ramli sambel ngesat bekas lior-nye di pipi Tok Endap.

Laen Pak Alang Ramli yang age’ tepekek jeret bin tepekek kaong, laen ga’ Leha yang tesengeh-sengeh ketawa’ di dalam kamar. Tak berape lama’, tedengar suare Mak Long Baidah manggel-manggel, “Oiiyyy Leha…, ke dapo’ ga’ sebentar..!”

“Alamaakk…, ketauan pula’,” ucap Leha pelan.

Kemudian Leha pon begegas ke dapo’. Pas dah di dapo’, ditengoknye Emaknye age’ bekalot.

“Ade ape manggel-manggel Leha, Mak?” tanya’ Leha dengan lemah lembut dan sopannye kepade Emaknye.

“Emak kan tade’ minta’ kau ngancorkan kopi untok orang di luar tu. Ayah kau bilang, kopi tu pait lege. Memangnye kau kasi’ gule ndak ae’ kopi tu?”

“Oh iye, Mak. Tade’ tu Ae’ Kopi-nye memang belom dikasi’ gule. Tade’ tu Leha age’ tekaca-kaes nyare’ gulenye. Eh…, tibe-tibe pas Leha balek age’ ke meje, budak tu dah ilang. Piker Leha dah Emak kasi’ gule dan dah Emak angkatkan ke luar. Abes itu, Leha pon langsunglah ngigal masok ke kamar.”

Padehal, Leha memang sengaje mbuat ae’ kopi tu tak pakai gule. Entah ape ja’ maksod anak dare yang satu ni. Memang kadang ga’ Leha ni tekeluar tebiat degelnye tu. Betuah raye-lah engkau Jema’en kalau suatu saat nante’ bebinikan Leha yang degel tu.

Dah lah Ramli eee…, pasal ae’ kopi pait pon nak kau ribotkan," tibe-tibe Tok Endap nyeletok. “Cerite tanah kite ni cammane?” lanjut Tok Endap.

“Ooiyee…, ini pasal budak-budak ngancorkan kopi pait yang pait lege, sampai lupa’ saye cerite tanah ni. Dah sampai mane cerite tanah kite tade’ tu, Pak Endap?” Pak Alang Ramli betanya balek kepade Tok Endap.

"Haaahh..., itulah.., tanah aku yang di Paret Lengkong tu nak dilepas. Bukan ga' ape-ape, ade suatu hajat nak aku sampaikan, sehingge tanah tu pon pengen aku jual," ucap Tok Endap.

"Kalau memang hargenye masok, mao' pula' saye ngambe'nye tu. Memangnye berape nak dilepas?"

Sementare Pak Alang Ramli ngan Tok Endap age' khusyu' dengan pembicarean tingkat tinggi, sedangkan Jema'en age' bediri dengan syahdunye di tepi tingkap, mandang ke arah luar rumah. Dipandangnye ade motor ae', sampan, bandong, tongkang, raket kayu’, ponton, tug boat, dan sepid yang lalu lalang ngeramaikan sungai.

Age' ngase'-ngase'nye mandang suasane sungai yang ramai tu, tibe-tibe melintaslah sesosok Puteri Jelite. Alamaakk, siape pula' tu..? Siape age' kalau bukan buah hati belahan jiwe cahaye mate-nye Jema'en. Tak laen tak bukan, Leha lah yang age' melintas di gertak di depan rumahnye, sambel mandang ke arah Jema'en. Leha tesenyum, Jema'en pon tesenyum ga'. Kuater ja' Leha yang melintas sambel tesenyam-senyum tu melabor ke sungai.

Asek-asek Jema'en mandangkan Leha lewat tang gertak, tibe-tibe…, "Ma'en…, oooo… ‘En…." Jema'en tekejot. Rupenye Tok Endap-nye yang manggel.

"Udah yok kite, hari pon dah nak Maghreb, nante' lalu gelap pula’ hari tu, lalu-lah terudu-teradak kau bekayoh." Tok Endap ngajak Jema'en balek. Nampak-nampaknye urosan tanah antare Tok Endap ngan Pak Alang Ramli ni dah selesai.

"Iye…, iye Tok," tegopoh-gopoh Jema'en njawab Tok Endap-nye, sambel ga’ biji' mate-nye nengok ke tingkap karene nak mandang Leha.

"Dah lah Ramli, aku nak balek lo’. Kalau duet awak dah ade, kabar-kabar ja’, jadi … surat tanahnye biar bise aku siapkan," sambong Tok Endap sekalian izin nak balek.

* * *

Cahaye matehari sore dah nampak di kaki langet. Kemilaunye memperindah sepanjang aleran sungai. Sebagaimane sepanjang aleran sungai, kemilau cahaye matahari sore pon menambah semarak setiap sudut hati Jema'en yang age' bebunge-bunge. Sambel bekayoh, sambel ga’ pikerannye bekelane ke mane-mane. Sampan yang dikayohnye pon teros melaju, belomba’ dengan waktu yang dah nak petang, yang kemudian akan disongsong oleh damainye malam yang berhiaskan semaraknye bintang gemintang dan lembutnye cahaye rembulan.

Laen Jema'en, laen ga’ hal-nye dengan Leha. Sambel dudok di tepi tangga’ tempat Jema'en nampatkan sampannye, die menatap jauh Jema'en yanga age’ bekayoh sampai ilang tak nampak age’.

Dudok di petang hari, di tepi sungai sambel menikmati suasane senja yang bewarne jingge. Leha mbayangkan age’ bedua’ besame Jema'en bemaen-maen ae’, ataupon bekayoh sampan bedua’ nyusor tepian sungai.

“Bile ke semuenye jadi nyete'?' ucap leha dalam ati.

Agek ngasek temenong-menong, Leha dikejotkan panggelan bapaknye, ''Ohhhh … Leha..., ape kau buat duduk temenong di sito’? Ngitong tai’ anyot ke ape?”

Leha bebalek nengok Bapaknye yang bejarak 1 meter di belakangnye. Dalam ati Leha bekate, “Ape ja’ ayah ni, orang age’ ngayalkan romantisme bedua’ besame Bang Ma'en bah, eee… dibilangnye pula’ ngitong tai’ beranyot.”

''Ndak, Yah. Ape pula’ pasalnye nak ngitong tai’ anyot. Leha ni nak nunggu Maghreb, jadi… sekalian ja’ nak ngambe’ ae’ sembayang. Tadak-lah leteh tebolak-balek ke tangga’ ae’'' jawab Leha.

“he eeeh …, pandai pula’ aku ni ncare’ alasan',” ucap leha di dalam ati age’ sambel senyam-senyum.

Pak Alang Ramli cuman manggot-manggot ja’, “Dah-lah…, ayo’lah kite ambe’ sembayang same-same!”

Akhernye dua’ beranak tu ngambe’ ae’ sembayang di tangga’ tempat Jema'en nambatkan sampannye tade’.

Tak lama' kemudian, Azan pon besaot-saotan di langgar-langgar, surau-surau, dan mesjed-mesjed yang berade di sepanjang Sungai Cempedak dan Sungai Bengas (itulah makenye negeri tesebot dinamekan "Negeri Cempedak Bengas", karene negeri tesebot dialeri dan dibelah oleh dua' sungai, yaitu Sungai Cempedak dan Sungai Bengas. Di petemuan dua’ sungai itulah petame kali didirikan Negeri Cempedak Bengas. Masyarakat kemudian mengenali kawasan itu sebagai Simpang Tige Cempedak Bengas).

Allah Maha Besar. Mentari senja pon sujod di bawah kekuasean-Nye. Rakyat Negeri Cempedak Bengas tenggelam ke dalam lantonan Kalimah Thayyibah: tasbeh, tahmed, tahlel, takber. Ziker dan Do’e memenohi segenap Negeri Cempedak Bengas yang dahulunye dipangku’ oleh Para Sultan yang adel dan bijaksane. Begitu’lah Negeri Cempedak Bengas yang didirikan dan diazaskan demi tegaknye panji kejayean Islam, serte demi gemilangnya peradaban dan budaya Bangse Melayu. {~}



* * * Besambong ke Bagian - 2.


Penules: Hanafi Mohan, Syach Ranie, Irwanto Hpd, Gemini Ti, Yana ‘Begitu Indah’, Riez Qi, Rinoa Smile, Fauziah B Syauz, Arys Dw

Penyunteng dan Penyelaras Akher: Hanafi Mohan



CATATAN:

“Cerobong” merupekan singkatan dari “Cerite Nyambong-Nyambong”, karene awalnye cerite ini berasal dari Grup FB "Cinte Bahase Melayu KALBAR (CBMKB)" , yaitu pas Update Status yang ini.



- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Ciputat, Selase 10 Mei 2011
00:07 WIB
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -




Sumber gambar: http://thecoffemorning.blogspot.com/

Tulesan ini kemudian dimuat age' di: http://hanafimohan.blogspot.com/