Selasa, 30 Juli 2013

Kampong Timbalan Raje beserta Para Pemukanya [Bagian-3]


20) Al-Ustadz Mahmud Syafhan (Mahmud bin Muhammad Syafi'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad bin Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok), adalah 'Ulama/Pendakwah/Da'i yang masyhur di masanya. Beliau merupakan seorang ahli ilmu Fiqh, pakar dalam ihwal Faraidh, serta juga mengkhidmatkan diri sebagai Penghulu.


21) Adik dari Al-Ustadz Mahmud Syafhan yaitu Al-Ustadz 'Abdurrazak Syafhan ('Abdurrazak bin Muhammad Syafi'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad bin Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok) juga merupakan seorang Pendakwah/Da'i.


22) Al-Ustadz Haji Muhammad Kasim Mohan (Haji Muhammad Qasim bin Haji Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad bin Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok) adalah seorang multitalenta, banyak bidang keilmuan yang dikuasainya. Selain banyak menguasai berbagai bidang keilmuan, beliau juga banyak memegang peran dalam kehidupan kemasyarakatan. H.M. Kasim Mohan yang merupakan anak sulong (tertua) dari pasangan Muhammad Buraa'i dan Ruqayyah ini merupakan seorang Pejuang di masanya. Di masa mudanya beliau juga menggeluti Musik, Pemimpin Orkes, banyak alat musik yang bisa dimainkannya, serta suaranya juga merdu ketika bernyanyi. Beliau juga merupakan seorang Ahli/Pendekar Beladiri Silat Melayu dan Guru Beladiri Silat Melayu, mewarisi keahlian ayahandanya.

Sebagai Pemuka Masyarakat, H.M. Kasim Mohan pernah beberapa periode mengemban amanah sebagai Penggawe/Kepala' Kampong Tambelan Sampit. H.M. Kasim Mohan juga merupakan seorang Budayawan Melayu, Penggiat Seni Zikir Hadrah, Penjaga Adat Resam Budaya Melayu Pontianak. Sebagai 'Ulama, banyak bidang keilmuan yang dikuasai oleh H.M. Kasim Mohan, antara lain: Tarikhul Islam/Sejarah Islam, Al-Quran, dan Hadits. Di masa-masa tuanya, Al-Ustadz. H.M. Kasim Mohan lebih banyak mengkhidmatkan dirinya pada bidang kemasyarakatan, kebudayaan, dan keagamaan.


23) Al-Ustadz Haji Muhammad Yusuf Mohan (Haji Muhammad Yusuf bin Haji Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad bin Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok), merupakan sosok 'ulama pendakwah yang "berani". Bagi beliau, tak ada gentarnya dalam hal mensyi'arkan mengenai yang haq, walaupun mesti berhadapan dengan Rezim Penguasa. H.M. Yusuf Mohan merupakan anak ke-dua dari pasangan Haji Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan dan Ruqayyah binti Haji 'Abdurrahman.

Berbeda dengan adik-beradiknya yang bermukim di Kampong Tambelan (Kampong Timbalan Raje), Pontianak Timur, maka H.M. Yusuf Mohan bermukim di Sungai Jawi Luar/Jeruju, Pontianak Barat. Beliau dikenal sebagai 'ulama, guru, pendakwah/da'i, penghulu, dan pemuka masyarakat. Ramai murid-muridnya yang tersebar se-Borneo Barat. Hingga akhir hayatnya, Beliau mengkhidmatkan dirinya mendidik ummat, yaitu berpusat di Masjid Sirajul Munir, Sungai Jawi Luar, Pontianak Barat.


24) Selanjutnya yaitu mengenai anak ke-tiga pasangan Haji Muhammad Buraa'i dan Ruqayyah, yaitu Muhammad Husin Mohan (Muhammad Husain bin Haji Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad bin Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok). Tidak seperti saudara-saudaranya yang lain, M. Husin Mohan di masa tuanya lebih banyak mengkhidmatkan diri pada bidang pertabiban, keagamaan, dan kemasyarakatan (terutama sekali bidang pertabiban/pengobatan). Ramai juga yang sembuh lewat perantaraan bantuan beliau yang piawai mengobati beberapa penyakit yang sulit disembuhkan dengan metode medis (kedokteran secara umumnya), seperti penyakit ulor-ulor (hernia).

Yang saya ingat, M. Husin Mohan juga merupakan seorang pengamal Thariqat, begitu sering saya lihat beliau berzikir dan bertasbih, baik di kala lapang, maupun di kala sempit. Beliau adalah seorang yang sederhana. Ketabahan, kesabaran, dan keikhlasannya begitu luar biasa. Dalam hal ini, beliau mengungguli saudara-saudaranya yang lain


25) Selain Muhammad Husin Mohan, anak ke-empat pasangan Haji Muhammad Buraa'i dan Ruqayyah yang bernama Zaidah Mohan juga berkhidmat pada bidang pertabiban. Zaidah Mohan (Zaidah binti Haji Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad bin Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok) pada masanya dikenal sebagai Dukon Beranak, pakar pengobatan (tabib), dan ahli obat-obatan tradisional Melayu. Sangat sedikit orang yang bisa menguasai bidang-bidang pertabiban (pengobatan) sekompleks yang dikuasai oleh Zaidah Mohan. Beliau merupakan perempuan yang kreatif (mungkin bisa dikatakan bahwa beliau merupakan perempuan terkreatif di masanya dan di lingkungannya). Di dalam keluarga besar kami, Zaidah Mohan merupakan figur yang bisa mempersatukan keluarga besar kami. Beliau disegani dan dihormati karena ke’arifan dan ketegasannya.


26) Selanjutnya mengenai anak ke-lima pasangan Haji Muhammad Buraa'i dan Ruqayyah binti Haji ‘Abdurrahman yang bernama 'Abdusy Syukur Mohan, ayahanda saya sekaligus guru saya.

Al-Ustadz 'Abdusy Syukur Mohan ('Abdusy Syukur bin Haji Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad bin Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok), beliau merupakan 'ulama yang menguasai berbagai bidang ilmu. Karena kedalaman ilmu dan wawasannya yang luas, beliau selalu dimintakan pandangannya mengenai berbagai hal. Ustadz 'Abdusy Syukur Mohan menjadi tempat bertanya bagi masyarakatnya, murid-muridnya, dan juga 'alim-'ulama semasanya.

Selain sebagai 'ulama, Ustadz 'Abdusy Syukur Mohan juga mengkhidmatkan diri pada beberapa bidang pertabiban (sebagai tabib) dengan metode “pinggan rajah”. Beliau juga merupakan seorang Qari' yang bersuara merdu nan indah ketika melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Beliau adalah figur ‘ulama yang sederhana kehidupannya, tegar akan cabaran kehidupan, dan tegas menegakkan yang haq.

Ustadz 'Abdusy Syukur Mohan adalah figur 'ulama yang tak pernah gentar hadapi hidup, tegakkan yang haq walau dunia mencercanya. Beliau tegas dengan pendirian dan prinsipnya, idealis, rasionalis, anti kekerasan, lebih mengutamakan kepentingan orang banyak.

Beliau yang idealis ini hingga akhir hayatnya tak ada satu pihakpun yang bisa menggoyahkan pendirian dan prinsip hidupnya. Isterinya Ustadz ‘Abdusy Syukur Mohan adalah adik sepupunya yang bernama Aminah binti Harun (puteri dari Al-Ustadz Harun bin Haji 'Abdurrahman bin Haji 'Abdul Qadir bin Haji ‘Abdul Mannan).


27) Selanjutnya mengenai "Mohan Bersaudara" yang terakhir, yaitu Al-Ustadz Haji Muhammad Yunus Mohan (Haji Muhammad Yunus bin Haji Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad bin Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok). Beliau bukanlah anak bungsu dari pasangan Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan dan Ruqayyah binti Haji ‘Abdurrahman, melainkan Ustadz Haji Muhammad Yunus Mohan adalah anak terakhir setelah anak ke-lima yang hidup hingga masa tuanya, sedangkan "saudara-saudaranya yang lain setelah anak ke-lima" meninggal dunia ketika masih kecil.

Ustadz H.M. Yunus Mohan adalah figur yang tak pernah lelah menuntut ilmu, dan tak pernah lelah mendidik masyarakat melalui dakwahnya. Berawal dari mengajar anak-anak Kampong Tambelan mengaji di rumahnya bersama-sama dengan isterinya sebagai Guru Ngaji.

Semakin hari lama-kelamaan murid mengajinya semakin ramai, sehingga sudah tak tertampung dan tak tertangani lagi. Sedangkan rumahnya sangatlah terbatas dan tenaga yang mengajar mengajinya pun hanya beliau bersama-sama dengan isterinya saja.

Karena antusiasnya masyarakat untuk mendidik anak-anaknya dengan pengetahuan yang berlandaskan Islam, maka muncullah inisiatif untuk mendirikan Madrasah. Para 'Ulama dan Pemuka Masyarakat Kampong Tambelan pun kemudian berpakat untuk mendirikan Madrasah, Ustadz Haji Muhammad Yunus Mohan diamanahkan memimpinnya. Madrasah yang dimaksud dinamai "Madrasah Haruniyah"/”Pondok Pengajian Agama Islam Haruniyah”, diambil dari nama seorang ‘Ulama Kampong Tambelan, yaitu Al-Ustadz Harun bin Haji ‘Abdurrahman (yang tak lain merupakan Pak Muda/Paman dari Ustadz H.M. Yunus Mohan, atau saudara dari ibunya Ustadz H.M. Yunus Mohan). Untuk pembinaan yang lebih maksimal, maka dibentuklah suatu yayasan yang bernama "Yayasan Pesantren Haruniyah" yang diketuai oleh Al-Ustadz Haji Muhammad Yunus Mohan.

Di awal-awal berdirinya, Yayasan Pesantren Haruniyah membina Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), kemudian bertambah lagi dengan Madrasah Diniyah Wustha. Beberapa tahun kemudian bertambah lagi dengan didirikannya Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berturut-turut kemudian bertambah lagi dengan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Menangah Atas (SMA), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), dan Pondok Pesantren.

Di masa-masa tuanya, Ustadz H.M. Yunus Mohan lebih banyak mengkhidmatkan dirinya pada bidang dakwah, pendidikan, membina majelis shalawat dalailul khairat, dan sebagai penghulu. [~bersambung~]


*** Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul:
1- "Kampong Timbalan Raje beserta Para Pemukanya [Bagian-1]"
2- "Kampong Timbalan Raje beserta Para Pemukanya [Bagian-2]"


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Tanah Betawi, Medio Mei – Akhir Juli 2013
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Dihimpun dari berbagai sumber lisan, dan rata-rata penulis memang pernah berjumpa dengan tokoh-tokoh yang dimaksud.


Sumber foto/gambar ilustrasi: http://www.panoramio.com/, by: @ezakkacax


Tulisan ini dimuat di: Laman Blog "Arus Deras"

0 ulasan:

Posting Komentar