Hikayat Dunia

Kita hanya pengumpul remah-remah | Dari khazanah yang pernah ada | Kita tak lebih hanya penjaga | Dari warisan yang telah terkecai ||

Pontianak Singgah Palembang

Daripada terus berpusing-pusing di atas Negeri Pontianak, yang itu tentu akan menghabiskan bahan bakar, maka lebih baik pesawat singgah dahulu ke bandar udara terdekat. Sesuai pemberitahuan dari awak pesawat, bandar udara terdekat adalah Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II, Negeri Palembang.

Mudék ke Ulu

Pasangan dari kate “ulu” ielah “mudék”. Kate “mudék” beakar kate dari kate “udék”. Udék bemakne "sungai yang sebelah atas (arah dekat sumber)", "daerah di ulu sungai", juga’ bemakne "kampong halaman (tempat beasal-muasal)".

Soal Nama Negeri Kita

Belakangan ini kiranya ramai yang berpendapat ini dan itu mengenai asal usul dan makna nama "pontianak" kaitannya dengan Negeri Pontianak. Tapi apakah semua yang didedahkan itu betul-betul dipahami oleh masyarakat Pontianak?

Kampong Timbalan Raje Beserta Para Pemukanya [Bagian-3]

Selain banyak menguasai berbagai bidang keilmuan, beliau juga banyak memegang peran dalam kehidupan kemasyarakatan. H.M. Kasim Mohan yang merupakan anak sulong (tertua) dari pasangan Muhammad Buraa'i dan Ruqayyah ini merupakan seorang Pejuang di masanya.

Musik Motivasi Setahun Silam

“Satu Kursi untuk Seniman”, begitu tagline kampanyenya. Tekadnya untuk memajukan Kalbar lewat industri kreatif tentu patut diapresiasi. Melalui industri kreatif diharapkannya dapat menjadi jembatan menjulangkan budaya yang memayungi Kalimantan Barat.

Sultan Pontianak; Umara' dan 'Ulama

Kegemilangan Negeri Pontianak salah satunya diasbabkan kepemimpinan para Sultan-nya yang arif dan bijaksana. Sultan-Sultan Pontianak selama masa bertahtanya rata-rata memiliki dua peranan, yaitu berperan sebagai umara', sekaligus berperan sebagai 'ulama.

Puisi Buya Hamka untuk Muhammad Natsir

Kepada Saudaraku M. Natsir | Meskipun bersilang keris di leher | Berkilat pedang di hadapan matamu | Namun yang benar kau sebut juga benar ||

Rabu, 22 Oktober 2014

Nampak Seri Akar Tak Jejak


Apa yang tampak di permukaan belumlah tentu sesuai adanya. Banyak yang mengada-ada, tapi tak sesuai kenyataan. Jauh panggang daripada api. Doktrin ini itu hanyalah igauan belaka. Kalikan nol, sehingga semua pengelabuan tetap menjadi kelabu, bahkan semakin tampak gelapnya. Yang bertopeng akan semakin tampak wajah sejatinya. Rupanya bermanis-manis muka, masam kecut yang sebenar-benarnya.

Lembaran-lembaran pohon salasilah telah terdedah. Mana gelap mana terang tentu semakin nyata. Kuasa nan puaka sudah tak dapat lagi mengelak dan berkilah. Percuma berterus-terusan menutup rapat-rapat segala macam ragam dusta.

Khilaf hanya boleh sekali, bukan berkali-kali. Jika ianya sentiasa berulang, bukan khilaf namanya, melainkan kesengajaan untuk menindas. Dan itu adalah penjajahan. Kami para zuriat yang diinisiasi dengan Tombak Benderang pada setiap fase kehidupan takkan diam berpangku tangan. Bungkam sama saja bersetuju dengan penindasan yang ditimpakan ke atas negeri kami yang berdaulat.

Sungguh kami sadar sesadar-sadarnya, bahwa tiada daya upaya yang kami punya. Tapi cukuplah segala tunjuk ajar dari para tetua, yang darinya memancar cahaya gemilang tamaddun, ‘kan menjadi pemanggil semangat jiwa. Dan pengorbanan jiwa serta raga para pemangku negeri kami tentu juga menjadi pemandu jalan menuju benderang di sana.

Tiada ‘kan pernah sama sekali kami berpegang kepada yang “nampak seri akar tak jejak”, karena telah nyata rupa kamuflase Negara Puaka. Telah tumpas punah ranah tebiat “mengelakkan hantu terpeluk ke bangkai”. Tentu takkan pernah ingin “lepas dari mulut harimau, lalu masuk ke mulut buaya”.

Kekuatan jiwa kami ialah adat resam yang memang telah mengisi relung diri. Begitupun kecintaan kepada negeri tanah kelahiran sudah sebati dengan diri kami, menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup dan kehidupan kami. Karena kami telah mawjud menjadi askar setia, melanjutkan perjuangan para Setie Lile Pahlawan, yang mengabdikan segenap hidupnya berkhidmat sebagai Timbalan Raje. *#*



Hanafi Mohan
Medio Oktober 2014



Sumber gambar ilustrasi: http://pixabay.com/ dan http://nurillahiyahmunggaran.blogspot.com/

Minggu, 19 Oktober 2014

Daghat atau Ulu, Bukan Pedalaman


Kami di Borneo tak pernah mengenal istilah "pedalaman" dan juga "orang pedalaman" ataupun "suku pedalaman" atau "orang terasing" atau "suku terasing". Di dalam kosakata kami hanya ada istilah: ulu (hulu), ilé' (hilir), laot (laut), daghat (darat), Orang Laot, Orang Darat, Orang Ulu. [HM/03122011]

Kamis, 16 Oktober 2014

Ketika di Haribaan


Jikalau persada bersimpuh
di haribaan waktu,
entah pagi entah petang,
atau siang apalagi malam
Sujud qalbu di hadapan taqdir

Masihkah hamba 'kan sentiasa
bersimbah arona jingga,
atau keribang,
mungkin pula dadu

Ke setiap jengkal buana
Hanyalah sehelai sepinggang

Sudahlah hamba faham
akan erti cahaya mata
Terus berpinar
walau apapun racau dunia

Di sempadan langit dan bumi
Jingga telah pun tenggelam
Lalu hadir keribang
diliputi arona dadu


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Sabtu, 2 Dzulhijjah 1435 Hijriyyah,
bertepatan dengan 27 September 2014 Miladiyyah

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -



Catatan:
- simbah = dibasahkan dengan cara agak menghentak/agak kuat
- arona = warna
- jingga = warna kuning kemerah-merahan (oranye)
- keribang = warna merah tua bercampur biru (ungu/violet)
- dadu = warna merah muda (pink)
- erti = arti
- sempadan = batas




** Sumber gambar ilustrasi: wallfoy.com