Rabu, 24 Juli 2024

Agustus 2000 [Bahagian Pertama]



Dua puluh empat tahun, masa yang nampaknya telah lama berlalu, tapi tidak bagiku. Serasa baru beberapa masa yang lalu momentum itu berlangsung.

Selepas tamat sekolah dari Sekolah Menengah Kejuruan di Pontianak (SMK Negeri 4 Pontianak alias STM 2 Pontianak), waktu lebih banyak kuhabiskan menjaga kedai/kantin di kawasan sekolah yang ada di kampongku (sekolah tersebut dikelola oleh adik dari ayahku). Selain itu juga lebih banyak bersosialisasi dengan kawan-kawan sebaya, berkegiatan di pengajian remaja, dan semacamnya.

Setahun sebelumnya, ayah telah pergi mendahului kami. Tinggallah kini penopang keluarga kami adalah emak dan abang-abangku. Dengan latar seperti itu, sekiranya selepas tamat sekolah tak ada lain di fikiranku kecuali segera mendapatkan pekerjaan.

Kota Pontianak masa itu sedang bergerak menuju perbaikan demi perbaikan. Krisis moneter yang juga berimbas ke kota kami tentu juga masih membayangi, selain juga krisis-krisis lainnya sebagai dampak dari krisis moneter dan reformasi negara.

Sebagai kota yang sedang menuju perbaikan, tentu Pontianak juga terbuka akan pengaruh ekonomi dan perdagangan masa itu. Satu persatu mulai ada pemodal-pemodal besar masuk ke kota kami, seperti beberapa jaringan retail, dan semacamnya.

Ibarat kata pemuda yang baharu menyelesaikan rangkaian pendidikannya, tentu banyak hal-hal menarik di luar dunianya selama ini. Mendapatkan pekerjaan nampaknya menjadi prioritas utama di masa-masa seperti ini. 

Satu jaringan retail yang cukup terkenal pada masa itu sedang mengembangkan sayap bisnisnya, tak terkecuali ke kota kami. Retail tersebut membuka peluang kepada masyarakat kota kami untuk bekerja di mall yang akan mereka buka.

Melihat peluang tersebut, ramailah kiranya masyarakat Pontianak yang memenuhi persyaratan yang kemudian mendaftar untuk peluang pekerjaan tersebut. Dan aku menjadi satu di antara para pemuda sebaya yang tak tinggal diam ketika mengetahui ada peluang pekerjaan dimaksud.

Masa-masa menunggu hasil dari lamaran pekerjaan ke retail yang diceritakan di atas, sehari-hari aku lebih banyak menghabiskan waktu di kedai/kantin sekolah yang sedang kujaga. Kedai/kantin sekolah tersebut dijalankan secara joint antara abangku dan seorang kerabat kami (guru di sekolah yang dikelola oleh adik dari ayahku). Usia mereka berdua hampir sebaya.

Pemuda-pemuda di kampong kami juga tak tinggal diam. Pada era itu mulai banyak bantuan-bantuan dari administratur negara, misalkan untuk pelatihan enterpreneur dengan macam-macam keahliannya, semisal membuat tempayan penampung air dan beternak ikan keli' (alias ikan lele). Di ujungnya nanti dari hasil pelatihan tersebut berupa praktik kerja langsung membuat tempayan penampung air dan beternak lele, serta memasarkan hasilnya ke konsumen.

Aku sendiri tak ikut terlibat pada pelatihan-pelatihan para pemuda di kampongku itu. Sebaliknya kegiatan-kegiatan pemuda kampongku itu kami jadikan sebagai peluang meramaikan kedai/kantin kami.

Dengan kemampuan serba sedikit mengelola kedai, kami bertiga (aku, abangku, dan kerabat kami itu) semaksimal mungkin menjalankan usaha. Ada sedikit keuntungan dijadikan sebagai tambahan modal.

Bekerja itu sangat mengasyikkan, kiranya lelah tak lagi dirasa. Melayani ramai konsumen dengan berbagai karakternya tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang belia. Dari konsumen kami ada juga yang menjadi pelanggan.

Kedai kami tak hanya menyediakan makanan dan minuman sebagaimana layaknya kedai di lingkungan sekolah, tapi juga menyediakan keperluan sehari-hari seperti bahan-bahan pokok, dan semacamnya. Menata kedai dan melayani pembeli kiranya menjadi sebahagian keahlian yang patut dimiliki dalam hal ini.

Tak terasa pertengahan tahun 2000 terus bergulir dengan berbagai peristiwanya hinggalah memasuki gerbang bulan Agustus. Seorang belia dengan selaksa citanya yang terus dengan semangatnya yang membuak menyala.

Hari demi hari dalam bulan ini terus berganti. Tak tau ada apa di hadapan nanti. Hidup terus berjalan, taqdir hanya Allah yang menguasai dengan kehendak-Nya yang tak ada satupun makhluq di 'alam nan fana ini dapat menolak. [bersambung....]


Hanafi Mohan,
Tangerang Selatan, Juli 2024

** Sumber Gambar Ilustrasi >> https://www.freepik.com/







 


0 ulasan:

Posting Komentar