Selasa, 26 Mei 2009

[Cerbung: Senja Merah Jingga] 18- Pendekar Bujang Lapok


Globalisasi memang meniscayakan perubahan pola laku setiap manusia dari berbagai macam peradaban. Setiap perubahan memiliki sisi positif dan negatif yang selalu beriringan. Sehingga dalam hal ini memang diperlukan kearifan lokal untuk menghadapinya. Karena memang globalisasi ini harus dihadapi, bukan dihindari. Tentunya dihadapi dengan sikap yang terbaik pula, dan tentunya begitu selektif. Bagian baiknya diambil, sedangkan bagian buruknya dibuang jauh-jauh, dimasukkan ke keranjang sampah.

Tak terkecuali bagi anak-anak, dampak globalisasi begitu terasa bagi mereka. Bahkan menyelusup begitu dalam ke sanubarinya. Bagi anak-anak, apapun yang mereka lihat di televisi misalkan, maka itulah teladan terbaik bagi mereka, yang patut ditiru, dijadikan idola, dan semacamnya. Bagiku, ada saja hal yang menarik dari fenomena ini. Untuk memahami anak-anak, maka pahamilah menurut dunia mereka, bukan melalui dunia orang dewasa. Karena jika kita memahaminya dari sudut pandang orang dewasa, maka yang akan kita temui mungkin saja keburukan dan kekurangan dari dunia anak-anak itu. Karena itu, cobalah pahami anak-anak melalui dunia mereka, niscaya kita akan mendapatkan begitu banyak hal yang menarik, yang menggembirakan, dan menyenangkan, serta juga keceriaan dan keriangan ala anak-anak. Atau mungkin saja hikmah dan pelajaran berharga yang mungkin takkan pernah didapati melalui dunia orang dewasa.

***

Tersebutlah kisah seorang seniman legendaris Malaysia. Namanya Tan Sri P. Ramlee (baca: Ramli). Lebih dikenal dengan panggilan P. Ramlee saja. Ketika masa kecil kami, film-film yang dilakoni oleh seniman ini tak jarang kami tonton. Orangnya sudah lama meninggal, tapi filmnya masih banyak yang menyukai, termasuk masyarakat di kotaku. Allahyarham P. Ramlee bukan saja pemain film terkenal di masanya, tapi juga merupakan seniman multitalenta, karena ia juga seorang komposer (musisi), pencipta lagu, dan penyanyi.

Sebagai musisi, beliau adalah musisi serba bisa, piawai memainkan gitar, piano, biola, dan akordion. Lagu-lagu ciptaannya pun begitu menawan hati, dengan bait-bait yang begitu indah. Selain itu, ia juga menyanyikan lagu-lagu ciptaannya tersebut. Sebagai penyanyi jangan ditanya lagi, karena suaranya begitu merdu. Lagu-lagunya pun tak hanya lagu-lagu bernuansa Melayu, banyak pula lagunya yang bernuansa pop, jazz, klasik, cha-cha, swing, dan jenis-jenis musik lainnya yang mungkin sedang trend di masanya.

Di film-film yang dilakoninya, lagu-lagunya itu juga ditampilkan mengisi filmnya tersebut. Kebanyakan film-filmnya adalah film musikal seperti halnya kebanyakan film-film Bollywood (India). Filmnya ada yang bernuansa drama romantis, sejarah, cerita rakyat, kepahlawanan, realitas sosial yang kadang begitu sedih dan memilukan, dan tak jarang juga dibaluti dengan nuansa komedi. Karena itulah, seniman yang satu ini juga bisa dikategorikan sebagai komedian. Sehingga wajarlah beliau dijuluki sebagai maestro Malaysia legendaris sepanjang masa, yang tak hanya digemari di Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura, tapi juga digemari di Indonesia. Kiranya beliaulah seniman Melayu terbesar hingga kini.

Filmnya yang begitu terkenal adalah Bujang Lapok dengan berbagai versinya: Bujang Lapok, Seniman Bujang Lapok, Pendekar Bujang Lapok, Ali Baba Bujang Lapok. Ada juga film lainnya seperti Do Re Mi, Hang Tuah, Musang Berjanggut, Pak Belalang, dan masih banyak lagi. Filmnya masih hitam putih yang juga digemari di Indonesia di masanya sekitar era 60-an atau 70-an.

Di kotaku, film-film dan lagu-lagunya dengan mudah bisa diakses, karena memang Provinsi Kalimantan Barat berbatasan darat secara langsung dengan Malaysia Timur. Beberapa daerah kabupaten di Kalimantan Barat seperti daerah Mempawah dan Sambas memang dapat menangkap siaran televisi Malaysia hanya dengan memasang antena televisi agak lebih tinggi ditambah dengan alat booster. Sedangkan Kota Pontianak memang tak bisa menangkap siaran televisi Malaysia, kecuali menggunakan parabola. Jadi di Pontianak pada masa-masa tahun 90-an itu, jika ada yang mempunyai parabola, maka kami beramai-ramailah menonton di rumahnya.

Nah, ketika siaran televisi Malaysia menayangkan film-filmnya P. Ramlee ini, maka beramai-ramailah kami menonton di rumah orang tersebut. Bukan hanya orang-orang tua yang memang sudah mengenal film-film P. Ramlee ini ketika masa muda mereka, namun kami yang muda-muda ini juga suka menonton film P. Ramlee.

Ketika menonton film P. Ramlee ini, maka hal tersebut bagi kami Orang Melayu Pontianak merupakan semacam peneguhan eksistensi kami sebagai orang Melayu, apalagi Bahasa Melayu yang digunakan pada dialog film tersebut memang kami pahami. Ada kebanggaan tersendiri bagi kami orang Melayu setelah menonton film tersebut. Ternyata masih ada saudara-saudara kami di Malaysia sana yang masih teguh menjaga eksistensi dan marwah Bangsa Melayu.

***

Ketika RCTI, SCTV, TPI, AnTeve, dan Indosiar belum masuk ke kota Pontianak, maka hanya dengan parabola juga siaran-siaran televisi swasta nasional tersebut dapat ditangkap.

Pada awal era 90-an (sekitar tahun 1992-1994), film P. Ramlee ini pernah ditayangkan oleh RCTI. Ketika itu RCTI memang sudah masuk ke Pontianak. Nah, aku, Witri, dan adikku juga suka menonton film P. Ramlee ini, dan dengan mudahnya kami mengasosiasikan diri sebagai Trio P. Ramlee, Samsuden, dan Azes (dalam beberapa filmnya, Samsuden dan Azes adalah kawan main P. Ramlee).

Di antara sekian banyak film P. Ramlee tersebut, yang kami sukai adalah film Bujang Lapok dengan berbagai versinya. Witri mengasosiasikan dirinya sebagai P. Ramlee, aku sebagai Samsuden, dan adikku sebagai Azes. Kemudian kami juga suka menonton film Cina (Hongkong) seperti filmnya Bruce Lee, Brandon Lee, dan Jet Lee (semuanya ada ujung Lee). Maka kami pun mengasosiasikan diri sebagai ketiga artis tersebut. Witri sebagai Bruce Lee, aku sebagai Brandon Lee, dan adikku sebagai Jet Lee. Kemudian untuk memudahkan, maka kami menggabungkan nama para pemain film Malaysia dan film Cina tersebut. Witri menjadi bernama Bruce Li (gabungan Brucee Lee dan P. Ramlee), aku menjadi bernama Brandon Den (gabungan Brandon Lee dan Samsuden), sedangkan adikku menjadi bernama Jet Jes (gabungan Jet Lee dan Azes). Kami juga menyukai film kartun Saint Seiya yang ditayangkan oleh RCTI. Kemudian kami juga mengasosiasikan diri dengan tokoh-tokoh film kartun tersebut, yaitu: Witri sebagai Seiya, aku sebagai Iki Phoenix, sedangkan adikku sebagai Shiryu.

***

Ketika masa-masa ini, persahabatan empat budak-budak laot (aku, Witri, Izwar, dan Deni) sudah agak renggang. Tinggallah kemudian aku, Witri, dan kemudian ditambah oleh adikku yang umurnya hanya berpaut tiga tahun dariku. Adikku tak kalah serunya. Ia memiliki banyak kepandaian. Jika aku tak terlalu suka olahraga, maka adikku sangat suka dengan olahraga, terutama sepakbola. Adikku juga begitu dekat dengan Izwar. Untuk permainan-permainan ekstrim yang aku dan Witri tak dapat berikan kepada adikku, maka adikku mendapatkannya dari Izwar.

Izwar memang sosok yang suka menyendiri. Karena itulah, pada saat-saat tertentu, Izwar jarang berteman dengan kami. Ia suka bermain kelayang (layang-layang), adikku juga suka permainan ini. Pada masa-masa kemudian, sosok Izwar yang suka menyendiri juga terjangkit kepada diriku.

Sedangkan Deni adalah sosok anak yang cukup manja, karena keluarganya adalah keluarga yang cukup kaya di kampongku ketika itu. Karena itu pula, Deni tak bisa menjalani kehidupan kami orang-orang miskin ini. Kehidupan kami yang sederhana, kadang harus ditopang dengan hidup yang agak keras. Kami terbiasa dengan hidup membanting tulang, melakukan pekerjaan-pekerjaan berat yang memporsir tenaga seperti mengangkut kayu, mengangkut pasir, menjala ikan, dan pekerjaan-pekerjaan berat lainnya. Karena itulah, Deni pada masa-masa tertentu jarang sekali berteman dengan kami. #*#


[Hanafi Mohan – Ciputat, medio Juni 2008]


Cerita sebelumnya

Kembali ke Daftar Isi

Sumber: http://hanafimohan.blogspot.com/

1 ulasan:

  1. Misi mas...
    klu mau gabung di BBC (Borneo Blogger Community) ke sini aja http://borneoblogger.com/faq
    di situ ada kok cara-caranya....

    BalasHapus