Minggu, 28 Juli 2013

Kampong Timbalan Raje beserta Para Pemukanya [Bagian-2]


6) Muhammad ‘Umar bin Encik Harun bin Malim Bungsu. Ibunya bernama Ruqayyah binti Haji 'Abdul Qadir bin Haji 'Abdul Ghani bin Wan Muhammad Daram bin Encik Wan Mat Thalib bin Encik Wan Jermat bin ‘Umar (Megat Laksemane) bin 'Utsman (Datok Kaye Megat Patan Pahang) bin Tuan Kadi Haji Ahmad. Beliau merupakan seorang Nakhoda Pelayaran dan juga Pakar Pengobatan Tradisional (Tabib). Beliau juga menguasai banyak bidang ilmu, terutama sekali ilmu Tawhid dan Tasawwuf. Beliau mempraktikkan pelayaran dan pengobatan yaitu hasil daripada usaha yang gigih melalui pengembaraan ke berbagai Negeri di Dunia Melayu/Kepulauan Melayu ini. Muhammad Umar bin Encik Harun menghasilkan beberapa karya berupa Syair, Kitab Pengobatan/Pertabiban, dan juga Jurnal Pelayaran.

Muhammad Umar bin Encik Harun lahir di Kampong Tambelan, Pontianak, pada malam Khamis 3 Jumadil Awwal 1275 H/9 Desember 1858 M. Wafat pada usia 73 tahun pada malam Ahad, jam 12.00 lebih sedikit, 28 Shafar 1348 H/4 Agustus 1929 M. Mendapat pendidikan ‘azaz daripada lingkungan keluarga sendiri di Kampong Tambelan, Pontianak. Selain itu, Muhammad Umar bin Encik Harun juga belajar daripada beberapa orang ‘ulama yang datang ke Pontianak pada zaman itu.

Ulama Bangsa 'Arab pada zaman itu sangat ramai, di antara mereka ialah Sayyid Shalih az-Zawawi dan anaknya, Sayyid 'Abdullah az-Zawawi. Muhammad 'Umar bin Encik Harun sempat belajar dengan kedua-dua 'ulama 'Arab itu. Selain itu, para 'ulama di Negeri Pontianak juga ada yang datang dari Negeri Banjar, Bugis, Negeri Patani, Negeri Kelantan, Negeri Terengganu, dan tempat-tempat lainnya.

Karya-karya Muhammad ‘Umar bin Encik Harun bin Malim Bungsu:

I- "Jurnal Pelayaran dan Petua Melayu", diselesaikan antara tahun 1291 H/1874 M hingga 1293 H/1876 M. Antara topik penting yang ditulisnya yaitu: [1] Perkara Jurnal Pelayaran dari Pontianak Mau Pergi di Tanah Jawa Dan Kotaringin. [2] Perkara Jurnal Pelayaran dari Kuala Sambas Mau Pergi Singapura Hendak Tahu Duduknya Pulau-Pulau di Sebelah Barat Adanya. [3] Perkara Jurnal Menyusul dari Tanah Jawa Sampai di Tanah Barat Maka Tersebut Satu-Satu Pelayaran Adanya. Selanjutnya tentang pelayaran dinyatakan juga ukuran-ukuran perahu, serta mengenai pelangkahan.

II- "Syair Negeri Tambelan", selesai penulisan tercatat pada halaman akhir: Tamatlah syair hari Ahad, bulan Muharam tahun lebih empat" (menurut Wan Mohd. Shaghir Abdullah, tarikh yang dimaksud yaitu hari Ahad, Muharam 1304 H). Di dalam bait-bait Syair Negeri Tambelan pun ada disebut samar-sama mengenai hal ini: "Tamatlah syair harinya Ahad/ Di Negeri Tambelan kita membuat/ Bulan Muharram tahun lebih empat/ Orang negeri tiada sepakat."

Menurut tela'ahan Aswandi Syahri, bahwa syair ini ditulis pada akhir-19, ketika Kesultanan Pontianak diperintah oleh Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie (1895-1944). Jika mengacu kepada kolofon Syair Bab al-Nikah yang selesai disalin pada 7 Mei 1896 (24 haribulan Dzulqa'idah malam Juma'at pukul 12 kepada tahun sanah 1313), maka larik syair "Bulan Muharram tahun lebih empat" bermakna Syair Negeri Tambelan selesai dibuat atau dikarang empat tahun setelah Syair Bab al-Nikah selesai disalin, yaitu pada tahun 1317 H bersamaan dengan 1899 M.

Kandungannya membicarakan asal usul keturunan Dato' Kaya Tambelan yang ditulis dalam bentuk puisi/syair. Juga secara umumnya mengenai Pulau Tambelan pada akhir abad-19.

III- "Buku Perobatan", kandungannya secara umum yaitu catatan mengenai bermacam-macam jenis penyakit dan cara mengobatinya. Pada "Buku Perobatan" ini, oleh Muhammad Umar bin Encik Harun pada setiap sesuatu obat dicatatnya juga nama seseorang yang mengajarkannya mengenai obat yang dimaksud, tarikh penerimaannya, serta lengkap dengan nama tempat atau negeri yang dirantauinya.

IV- Menyalin sebuah karya Raja Ali Haji yang berjudul "Syair Bab an-Nikah" (ada juga yang menyebutnya "Syair Hukum Nikah" ataupun "Syair Suluh Pegawai"). Selesai penyalinan tercatat pada halaman akhir, "Tersurat di Negeri Tambelan pada 24 hari bulan Dzulqa'idah, malam Khamis pukul dua belas kepada tahun sanah 1313. Dan menyalin surat Bab an-Nikah Datok Petinggi Tambelan, dan dia menyalin surat Raja Ali Riau, Pulau Penyengat.


7) Haji Isma'il bin Haji 'Abdul Lathif (Haji Isma'il Jabal), merupakan Adviseur Penasihat Agama Kesultanan Pontianak pada masa Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie ibnu Sultan Syarif Yusuf Al-Qadrie. Haji Ismail bin Haji 'Abdul Lathif yang lahir di Kampong Tambelan-Negeri Pontianak ini menulis beberapa kitab, antara lain berkenaan dengan Ilmu Hikmah dan juga' Dalailul Khairat. Ilmu Hikmah diijazahkan kepada muridnya, yaitu Haji Mustafa bin Cek ‘Umar-Kampong Kuantan, Pontianak, pada tahun 1323 Hijriyah/1907 Miladiyah.

Beliau sampai di Makkah sekitar tahun 1870 Miladiyah pada usia 15 tahun. Pertama-tama ilmu yang dipelajarinya adalah ilmu fiqh dengan mufti dari empat mazhab di Makkah, kemudian dengan Abdallah Al-Zawawi. Menerima pelajaran pertamanya dalam ilmu thariqat dari Muhammad Shalih yang sudah lanjut usia. Setelah Muhammad Shalih wafat, ia menerima langsung dari khalifah utama syaikh tersebut, yaitu Muhammad Murad Al-Qazani Al-Uzbaki. Ia menerima ijazah untuk mengajarkan thariqat menjadi guru terkenal dan tinggal di sebuah rumah di Jabal Hind yang merupakan harta waqaf yang disumbangkan oleh keluarga Sultan Pontianak, bersebelahan dengan makam mendiang Sultan Syarif Hamid Al-Qadrie ibnu Sultan Syarif 'Utsman Al-Qadrie (Sultan Hamid I, yang wafat. pada tahun 1289 Hijriyah/1872 Miladiyah). Mengenai nama “Jabal” yang melekat di belakang namanya adalah untuk membedakan dengan nama Ismail yang lainnya. Ia mengajar di Jabal Hind dan dikenal sebagai guru dari Jabal Hind, sehingga dipanggil oleh murid-muridnya dengan sebutan “Ismail Jabal”.

Pada tahun 1919, setelah setengah abad di Makkah, Ismail Jabal kembali ke Kalimantan dan menetap di Pontianak sebagai seorang ‘alim dan syaikh thariqat. Masyarakat mengakui keilmuannya yang paling ‘arif dari generasinya. Ismail Jabal bukanlah satu-satunya khalifah Mazhariyah di Kalimantan Barat. Dalam hal ini, Muhammad Murad Al-Qazani mengangkat tiga khalifah lagi, semuanya bertempat tinggal di Pontianak, yaitu: Sayyid Ja’far bin Muhammad Al-Saqqaf, Sayyid Ja’far bin 'Abdurrahman Al-Qadrie (putera seorang pangeran), dan Haji 'Abdul 'Aziz (penduduk Kampong Kamboja).

Murid Haji Ismail Jabal yang terkenal di Kalimantan Barat yang menerima bay'at ijazah darinya yaitu Syaikh 'Abdul Ghani Mahmud Al-Yamani (biasanya ditulis Syaikh Haji Abdur Rani Mahmud Al-Yamani, padahal ini penulisan yang keliru) dengan Thariqat Naqsabandiyah Mazhariyah, dan ia (Haji ‘Abdul Ghani Mahmud) juga menjadi wakil tunggal Abah Anom dalam Thariqat Qadariyah wan Naqsabandiyah, ijazahnya diberikan setelah mengunjungi Abah Anom pada tahun 1976.

Kalangan penganut aliran Thariqat Qadariyah wan Naqsabandiyah dari Jawa sering datang menziarahi makam beliau (makam Haji Ismail bin Haji 'Abdul Lathif [Ismail Jabal]) yang terletak di Kampong Tambelan, Kelurahan Tambelan Sampit, Negeri Pontianak.


8) Haji Isma'il bin Haji Musthafa, berperan sebagai seorang Ahli Pengobatan (Tabib). Beliau dikenal di kalangan masyarakat luas di luar Borneo Barat sebagai seorang yang menyusun kitab pengobatan Melayu. Masyarakat Semenanjung Tanah Melayu (Malaysia Barat) yang masih banyak menggunakan pengobatan tradisional mengambil pelajaran dari kitab yang dikarang oleh beliau.

Karya-karya Haji Isma'il bin Haji Musthafa yang telah ditemui antara lain yaitu:

I- "Ilmu al-Hikmah wa at-Thib" atau "Hikmah dan Perobatan" (judul sebenarnya tidak diketahui). Karya ini mulai disalin dari buku Haji Musthafa bin Haji Mahmud pada malam Selasa, di Kampong Tambelan, tarikh 9 Rajjab 1298 Hijriyah, dan diselesaikan pada tarikh 19 Rajab 1302 Hijriyah. Kandungannya membicarakan mengenai ilmu hikmah dan berbagai jenis perobatan dalam bentuk wafaq, doa, fadhilat ayat, ilmu astronomi, jampi-jampi Melayu, tumbuh-tumbuhan, organ binatang, dan lain-lain.

II- "Ilmu Perobatan Melayu", diselesaikan pada hari Rabu, bulan Dzulhijjah 1325 Hijriyah. Kandungannya membicarakan mengenai perobatan yang bersumberkan dari tumbuh-tumbuhan di Alam Melayu sendiri.


9) Haji Muhammad ‘Arif bin Encik Muhammad Thahir bin Malim Sutan bin Jupa Suara bin Datok Bendahara bin Tuan Kadi Ahmad. Ibunya yaitu Zainab binti ‘Abdul Mannan yang melahirkan tokoh ini di Kampong Tambelan, Pontianak, pada hari Rabu, pukul 4 petang 29 Rabiul Akhir 1279 Hijriyah. Wafat pada hari Ahad, pukul 1 tengah hari pada 6 Dzulqa’idah 1353 Hijriyah di Kampong Tambelan, Pontianak. Karya Haji Muhammad ‘Arif antara lain: [1] Matnul Ajrumiyah (diselesaikan di Semarang, 29 Muharam 1291 Hijriyah), yaitu mengenai Nahwu Arab yang diberi gantungan makna Melayu. [2] Sebuah buku catatan dengan kandungan: asal-usul datok neneknya, yaitu Datok Bendahara. Karya Haji Muhammad Arif yang dimaksud itu juga membahas mengenai hal-ihwal Sejarah Kesultanan Pontianak.


10) Haji ‘Abdus Shamad bin Encik Harun bin Malim Bungsu. Ibunya bernama Ruqaiyah binti Haji ‘Abdul Qadir bin Haji ‘Abdul Ghani. Tokoh ini adalah abang dari Muhammad ‘Umar bin Encik Harun bin Malim Bungsu. Lahir di Kampong Tambelan, Pontianak, malam Selasa pukul 12, tarikh 5 Syawwal 1264 Hijriyah. Wafat pada hari Selasa, pukul 7 pagi, tarikh 4 Syawwal 1343 Hijriyah, dalam usia 79 tahun.

Karyanya yang telah ditemui ialah Rumus Hisab dan Jurnal Pelayaran, diselesaikan pada tahun 1316 Hijriyah. Kandungannya yaitu mengenai rumus hisab atau perkiraan barangan yang semuanya menggunakan kode tertentu. Selain itu juga membahas mengenai Perkara Jurnal Pelayaran dari Kuala Pontianak Pergi di Tanah Jawa dan serta Pergi Di Kutaringin Pergi di Banjarmasin.


11) ‘Abdul Wahhab bin Haji ‘Abdurrahman bin ‘Abdul Jeragan bin Nakhoda ‘Abdul Mannan bin Nakhoda Ahmad bin ‘Abdullah (Datok Bendahara). Tokoh ini lahir di Kampong Tambelan, Negeri Pontianak, pukul 2 pagi Juma’at, tarikh 2 Shafar 1302 Hijriyah. Ibunya bernama Zainab binti Encik Harun. Sepanjang hayatnya telah menghasilkan banyak karya. Antara lain karyanya yang telah ditemui yaitu:

I- “Ilmu Binaan”, judul sebenarnya tidaklah diketahui, diselesaikan pada tarikh 15 Ramadhan 1333 Hijriyah/28 Juli 1915 Miladiyah sampai 1921 Miladiyah. Kandungannya yaitu membicarakan ilmu binaan, cara-cara membuat rumah lengkap dengan jenis-jenis atau nama-nama ukuran yang digunakan. Juga terdapat beberapa catatan lainnya.

Pada halaman depan dicatatkan, “1333-1915. Pontianak tanggal 15 Ramadhan bersama-sama bulan Juli. Yang empunya ini, hamba ‘Abdul Wahhab bin Haji ‘Abdurrahman Tambelan”.

II- “Keturunan Minangkabau”, catatan selesai penulisan terdapat pada halaman depan, “Pontianak tanggal kepada 26 Muharram 1345 waktu itulah sahaya ‘Abdul Wahhab bin Haji ‘Abdurrahman habis menulis ini surat salasilah keturunan tua-tua dari asal dulu-dulu. Ada juga yang ditambah-tambah yang setahunya menyalin dalam buku nenda Haji Sulaiman bin ‘Abdul Mannan adanya”.

Catatan dilengkapi dengan tandatangan yang dinyatakan, “ila Pontianak Kampong Tambelan, tandatangan, tarikh 6-8-1926”. Kandungannya membahas mengenai jalur keturunan pembesar yang berasal dari Minangkabau yang menjadi raja/pembesar di beberapa tempat di antaranya ialah: Johor, Pontianak, Datok Kaye Tambelan, Datok Kaye Serasan, Pembesar di Champa/Kemboja, dan lain-lain.

III- “Ilmu Tawhid”, diselesaikan pada 3 Dzulhijjah 1348 Hijriyah. Kandungannya membahas mengenai aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Manuskrip atau tulisan tangan asli ‘Abdul Wahhab bin ‘Abdurrahman, Kampong Tambelan, Pontianak.

IV- "Catatan Peristiwa", diselesaikan pada malam Khamis, jam 8.00, tarikh 12 Rabiul Akhir 1358 Hijriyah. Kandungannya mengenai catatan tahun lahir, wafat, dan berbagai peristiwa di lingkungan keluarga besar ‘Abdul Wahhab bin Haji ‘Abdurrahman dari tahun 1225 Hijriyah hingga tahun 1358 Hijriyah.


12) Al-Ustadz Harun bin Haji 'Abdurrahman bin Haji 'Abdul Qadir bin Haji ‘Abdul Mannan, berkiprah sebagai Kepala Madrasah Al-Raudhatul Islamiyah-Kampong Tambelan. Beliau juga pernah diamanahkan menjadi Kepala Kantor Urusan Agama di Telok Pakedai - Negeri Kubu - Borneo Barat. Nama Ustadz Harun bin Haji ‘Abdurrahman di kemudian hari diabadikan menjadi nama salah satu Madrasah/Pesantren di Kampong Tambelan, yaitu Madrasah/Pondok Pengajian Agama Islam/Pesantren Haruniyah-Kampong Tambelan-Pontianak. Beliau merupakan Ahli Fiqh, Nahwu-Sharaf, Faraidh, dan banyak lagi. Beliau juga dikenal sebagai Guru bagi ramai anak-anak Kampong Tambelan, karena beliau mengajar mengaji anak-anak Kampong Tambelan di masa itu.


13) Al-Ustadz Muhammad 'Ali bin Muhammad 'Arif, merupakan 'ulama kelahiran Kampong Tambelan yang selalu dikenang sebagai 'ulama yang mendalam ilmunya. Beberapa orang muridnya di kemudian hari juga menjadi ‘ulama dan pemuka masyarakat di Kampong Tambelan khususnya, dan di Negeri Pontianak umumnya, serta dikenal se-Negeri Pontianak, bahkan se-Borneo Barat.


14) Al-Ustadz Asy-Syaikh Haji 'Abdul Ghani Mahmud Al-Yamani, ahli berbagai bidang ilmu (Tawhid, Tafsir, Hadits, Fiqh, Falaq, Tasawwuf, Thariqat, dan beberapa yang lainnya). Karya monumental beliau yaitu "Jadwal Shalat Sepanjang Masa untuk wilayah Borneo Barat". Beliau pernah mengemban amanah sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia wilayah Borneo Barat.

Haji ‘Abdul Ghani Mahmud merupakan murid dari Haji Ismail Jabal. Beliau menerima bay'at ijazah Thariqat Naqsabandiyah Mazhariyah dari Haji Ismail Jabal. Beliau juga merupakan wakil tunggal Abah Anom dalam Thariqat Qadariyah wan Naqsabandiyah yang ijazahnya didapatkan setelah mengunjungi Abah Anom pada tahun 1976. Pengaruh Thariqat ini cukup besar, tidak hanya di Negeri Pontianak, bahkan sampai ke Negeri Sarawak, yang juga sudah dikenalkan oleh 'Abdul Lathif bin 'Abdul Qadir Al-Sarawaki.


15) Al-Ustadz Muhammad Shaléh bin Haji Muhammad Yusuf (akrab dipanggil "Tok Abu"), beliau ahli ilmu Fiqh (juga menguasai ihwal Faraidh), Ahli ilmu Nahwu dan ilmu Sharaf, serta beberapa disiplin ilmu yang lainnya. Al-Ustadz Muhammad Shaléh (Tok Abu) merupakan Kepala Madrasah Diniyah Awwaliyah Haruniyah yang pertama-tama kali. Beliau juga merupakan guru saya.


16) Haji Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad bin Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok, merupakan Ahli Silat Melayu, juga pengamal tasawwuf yang berkepribadian sederhana. Beliau juga ahli dalam pengobatan hernia (ulor-ulor). Di antara zuriat keturunan beliau ada yang menjadi ‘Ulama, Tokoh Masyarakat, Penggawe (Kepala’ Kampong), Tabib, dan sebagainya.


17) Muhammad Syafi'i bin Haji Adnan bin Haji Ahmad Haji Abu Na’im bin Nakhode Tanggok, merupakan seorang Pemuka Masyarakat. Beliau adalah Abang dari Haji Muhammad Buraa'i. Beberapa orang zuriat keturunan beliau juga ada yang menjadi ‘Ulama, Pemuka Masyarakat, Penggawe (Kepala' Kampong), dan sebagainya.


18) 'Abdul Qadir bin Haji 'Abdurrahman bin Haji 'Abdul Qadir bin Haji 'Abdul Mannan. Beliau adalah seorang pengamal Tariqat dan Tasawwuf. Beliau merupakan adik dari Ustadz Harun bin Haji 'Abdurrahman dan Ruqayyah binti Haji 'Abdurrahman.


19) Muhammad Buraa'i bin Haji Adnan menikah dengan saudara perempuan dari Ustadz Harun bin Haji ‘Abdurrahman yang bernama Ruqayyah binti Haji ‘Abdurrahman. Ruqayyah binti Haji ‘Abdurrahman merupakan seorang Tabib (Ahli Pengobatan Tradisional), Ahli Obat-obatan tradisional, serta Dukon Beranak yang masyhur di masanya. Pernikahan Muhammad Buraa'i dengan Ruqayyah membuahkan ramai zuriat keturunan (kurang lebih 12 orang). Anak-anaknya yang hidup hingga masa tua ada 6 (enam) orang, yaitu: Muhammad Kasim Mohan, Muhammad Yusuf Mohan, Muhammad Husin Mohan, Zaidah Mohan, ‘Abdusy Syukur Mohan, dan Muhammad Yunus Mohan. [~bersambung~]


*Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya yang berjudul "Kampong Timbalan Raje beserta Para Pemukanya [Bagian-1]"*


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Tanah Betawi, Medio Mei – Akhir Juli 2013
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Dihimpun dari berbagai sumber, antara lain:

- Tradisi Lisan dari para tetua Kampong Tambelan (cerita dari mulut ke mulut yang dikisahkan turun temurun).

- Artikel berjudul “Mengenali Pelbagai Karya Ulama Borneo”, Oleh: Wan Mohd. Shaghir Abdullah [dimuat di Akhbar “Utusan Malaysia”, pada 17 Maret 2008].

- Artikel berjudul “Lima Orang Bernama Ismail Tokoh Ulama Melayu di Kalimantan Barat”, Oleh : H. Dato Zahry Abdullah Al-Ambawi dan M. Natsir.

- Artikel berjudul “Pengembaraan dan Pengubatan Muhammad Umar”, Oleh: Wan Mohd. Shaghir Abdullah [Dimuat di Akhbar “Utusan Malaysia”, pada 5 Desember 2005]

- Artikel berjudul “Syair Negeri Tambelan”, Oleh: Aswandi Syahri [Dimuat di Majalah “Batam Pos” Edisi 15, Minggu III Mei 2013, pada Kolom “Kutubkhanah”]

- Artikel berjudul “Ulama-Ulama Pontianak dan Karya Mereka (bhg.2)”, Oleh: Wan Mohd. Shaghir Abdullah [dimuat di Akhbar “Utusan Malaysia”, pada 24 Maret 2008].



Sumber foto/gambar ilustrasi: http://www.panoramio.com/, by: @ezakkacax


Tulisan ini dimuat di: Laman Blog "Arus Deras"




0 ulasan:

Posting Komentar