Tak pernah bisa kumengerti makna dari rintik-rintik hujan. Merembes ia ke selubung jiwa. Entah keterpautan apakah ini, sungguh tak dapat kupahami. Semakin menjauh, semakin terasa dekat. Semakin berjarak, semakin terasa tak bersekat. Semakin berdinding api, semakin terasa untaian bunga-bunga indah. Semakin sakit, semakin terasa syahdu. Semakin hilang, semakin terasa ada.
Kesabaran penantian seribu tahun akhirnya berderai-derai karena ketergesa-gesaan sesaat. Wahai detik-detik waktu, kembalikan masa-masa penantian itu ketika sebelum ketergesa-gesaan itu menghampiri.
Duh, tak kuat rasanya kalau harus kehilangan cahaya pagi yang selama seribu tahun ini telah menuntun hidupku. Cahaya pagi itu selama ini telah menguatkan jiwaku, telah menerangi hatiku, telah menghiasi dan menyemarakkan taman sanubariku.
Di hari-hari ini ingin kurasakan damai, tapi entah kapan kedamaian itu kan datang. Damai ..., seiring rintik-rintik hujan yang membasahi bumi. Damai yang menghadirkan cahaya di mata. Damai yang redakan kekalutan di jiwa. Damai yang sirnakan kebimbangan di hati. Damai yang terbitkan lagi cahaya pagi setelah diselimuti gelapnya malam. [Hanafi Mohan – Ciputat, 15 Juli 2010 – 08:54-10:16 WIB]
Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/
Kamis, 15 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kedamaian jiwa dan hati sesejuk embun pagi dan setetes rintik hujan.
BalasHapusterima kasih atas sharenya.
ijin untuk menjadi foLLower di bLog ini, saLam kenaL.