Selasa, 24 Maret 2009

[Cerbung: Senja Merah Jingga] 7- Heroman


Masa SD adalah masa yang begitu indah menurutku. Aku, Izwar, dan Deni bersekolah di SD yang sama, sedangkan Witri bersekolah di SD yang lain. Walaupun begitu, persahabatan kami di masa-masa ini terus berjalan dengan baiknya. Kami selalu bermain bersama, menjadi anak nakal bersama-sama, dan juga membuat inovasi-inovasi terbaru di masa anak-anak kami.

Pontianak di awal era 90-an memang masih begitu bersahajanya, bahkan mungkin keseluruhan kota di Indonesia memang masih bersahaja. Di Pontianak, siaran televisi masih TVRI satu-satunya ketika itu. Sehingga masa-masa SD kami tentunya tidak sederhana-sederhana benar dibandingkan para pendahulu kami. Kami sudah mengenal yang namanya film kartun, dan film-film anak-anak lainnya yang bernuansa kepahlawanan. Dan yang tak kalah menarik, kami adalah peniru nomor wahid. Ketika kami menonton film anak-anak yang bernuansa kepahlawanan tersebut, kami pun ingin menirunya. Dari keinginan meniru itu, muncullah ide-ide yang menarik dari Witri. Apakah gerangan inovasinya tersebut?

Entah darimanakah ide tersebut sebenarnya bermula. Witri yang selalu punya ide-ide segar itu kemudian sudah membuat semacam topeng. Ya … topeng seperti Zorro ataupun mungkin seperti Lone Ranger atau mungkin seperti Batman atau juga mungkin seperti Kura-Kura Ninja. Tapi yang dibuat oleh Witri bukanlah topeng Zorro, bukan topeng Lone Ranger, bukan topeng Batman, dan juga bukan topeng Kura-Kura Ninja. Yang ia buat adalah topeng yang lainnya, yaitu topeng ala Witri sendiri.

Menurutku ketika itu, topeng yang dibuat oleh Witri begitu bagusnya. Sehingga kami pun teman-temannya ini begitu tertarik akan ide Witri tersebut. Dan karena di antara kami memang Witri yang paling terbaik dalam membuat benda-benda seperti ini, maka kami serahkan urusan pembuatan topeng ini kepada dirinya seorang.

Kemudian jadilah topeng-topeng untuk kami. Witri ternyata tidak membuat topeng yang persis sama dengan yang telah dibuat untuk dirinya. Untuk kami masing-masing, ternyata Witri membuat topeng-topeng yang berbeda-beda bentuknya. Selain topeng, Witri juga menciptakan senjata-senjata rahasia sebagai perlengkapannya. Mungkin seperti senjata ninja. Ada pedang, bintang, double stik, dan pentungan polisi.

Berkatalah Witri setelah semua perlengkapan kepahlawan itu diciptakannya, “Kawan-kawan, kita sekarang adalah Heroman. Kita adalah pahlawan pembela kebenaran. Kita akan menghalau kejahatan, apapun itu bentuknya.”

“Heroman itu apa Wit?” bertanya Izwar memohon penjelasan dari Witri.

“War, tak tahukah kau? Heroman itu dari Bahasa Inggris. Artinya kurang lebih adalah Manusia Pahlawan,” perjelas Witri kepada Izwar. Pantas saja beberapa hari sebelumnya Witri banyak bertanya kepadaku mengenai arti beberapa kosakata Bahasa Inggris.

Aku pun kemudian menimpali, “Mengapa harus Heroman namanya? Mengapa tidak yang lain, yang mungkin lebih keren?”

“Ah, kiranya hanya itulah nama yang ada di pikiranku,” pertegas Witri menjelaskan.

“Memangnya kau tahu arti kata-kata Bahasa Inggris itu dari mana, Wit?” Deni lah yang kini bertanya.

“Ah, percuma saja aku, dan juga kalian tiap hari menonton film-film kartun di televisi," ujar Witri kepada kami.

Mungkin Witri ketika itu sudah lupa bahwa ia pernah bertanya kepadaku arti beberapa kata Bahasa Inggris. Tapi bisa jadi Witri memang mengetahui arti beberapa kata Bahasa Inggris dari menonton film. Dan yang kutahu, Witri memang mudah menangkap sesuatu, termasuk dalam hal ini Bahasa Inggris yang mungkin ia pelajari secara tidak langsung dari menonton film, walaupun secara formal ia belum pernah belajar Bahasa Inggris.

"Sudah, jangan dipermasalahkan lagi tentang nama Heroman tersebut. Yang pasti, kita harus segera beraksi! Setuju kan kalian?” ucap Witri dengan bersemangatnya.

“Setujuuuuu …,” aku, Izwar, dan Deni serempak mengiyakan ide-ide Witri tersebut.

Maka jadilah kami ketika itu pahlawan-pahlawan kecil yang menegakkan kebenaran, serta menumpas kejahatan di kampong kami. Setiap pulang sekolah, maka kami pun beraksi melakukan penampakan di depan teman-teman kami yang lain yang tak mengetahui persis keberadaan kami.

Dalam beberapa hari saja dari penampakan-penampakan yang kami lakukan, maka gemparlah teman-teman sebaya kami yang lainnya. Mereka sepertinya penasaran, siapakah Heroman ini sebenarnya. Sehingga berbagai cara pun mereka lakukan untuk membongkar keberadaan kami. Mengetahui hal tersebut, kami pun tidak bodoh-bodoh amat. Mereka terus kami buat penasaran, sehingga tidak dengan mudahnya mereka dapat membongkar keberadaan kami. Kami muncul ketika mereka tidak menginginkannya, dan juga menghilang ketika mereka masih penasaran akan jati diri kami.

Lantas berapa banyak kejahatan yang dapat kami tumpas? Berapa banyak pula kebenaran yang dapat kami tegakkan? Tentunya tak sedikit kejahatan yang kami tumpas, dan juga begitu banyaknya kebenaran yang kami tegakkan. Jangan ditanya kebenaran apa, dan kejahatan dengan model bagaimana. Karena kebenaran dan kejahatan yang kami maksud adalah kebenaran dan kejahatan dalam perspektif kami yang masih kecil. Kejahatan yang kami maksud mungkin saja dalam bentuk anak-anak yang tak mau berteman dengan kami. Kebenaran yang kami maksud mungkin saja berbentuk hal-hal yang bisa membuat kami senang, gembira, dan riang. Kalau mengganggu anak-anak yang tak mau berteman dengan kami itu kami anggap sebagai kebenaran, maka kami akan menegakkannya, yaitu dengan mengganggu dan menimbulkan keresahan di keseharian anak-anak yang tak mau berteman dengan kami tersebut.

Itulah Heroman. Itulah kepahlawanan dalam perspektif kami yang masih kecil. Anehnya, kini ternyata tak sedikit kepahlawanan seperti ini. Namanya adalah pahlawan kesiangan, yaitu pahlawan-pahlawan yang muncul pada momen-momen tertentu. Pahlawan-pahlawan seperti ini biasanya pandai sekali membidik momen yang mereka anggap penting, yang jika mereka muncul sebagai pahlawan-pahlawan tersebut, maka akan mendatangkan keuntungan bagi diri mereka. Anehnya lagi, bahwa pahlawan-pahlawan kesiangan ini bukanlah anak-anak kecil seperti kami dahulu, melainkan orang-orang dewasa. Mereka bisa bernama pemerintahan, penguasa, menteri, anggota dewan, konglomerat, pengurus partai politik, ulama-ulama karbitan, dan profil-profil terhormat lainnya. #*#


[Hanafi Mohan – Ciputat, akhir April 2008]


Cerita sebelumnya

Kembali ke Daftar Isi

Dimuat di: http://www.hanafimohan.com/

0 ulasan:

Posting Komentar