Senin, 04 Juli 2022

Kopi dan Keluarga Kami


Tempo hari sempat membaca thread tentang kedai kopi yang cukup terkenal dan dikenal dengan harganya yang memang mahal untuk masyarakat umum. Terbaca thread tersebut jadi pengen cerita ehwal kopi dan keluarga kami. 

Sejak kecil kami memang sudah dikenalkan dan dibiasakan minum kopi (sejak balita, bahkan lebih muda lagi). Laki-laki, puan-puan, tua, maupun muda, semuanya dalam keluarga kami adalah peminum kopi yang aktif, dan harus pandai membuat kopi sendiri (dalam Bahasa Melayu Pontianak disebut “ngancogh kopi” atau “ngancor kopi”). 

Minum kopi memang menjadi kebiasaan di kampong kami. Hampir setiap acara, selalunya dihidangkan kopi. Untuk acara tertentu seperti pernikahan, biasanya yang disajikan adalah Air Serbat. Di acara lainnya kadang disajikan Air Rojak yang dicampur sedikit cabe. 

Kini ramai orang tiba-tiba jadi suka minum kopi atau seakan-akan pakar membuat minuman kopi dengan berbagai alat pembuat minuman kopi plus metode pembuatannya. Melihat fenomena ini, aku yang semenjak kecil memang pengopi dan pandai membuat minuman kopi jadi sedikit geleng-geleng kepala. 

Teringat masa kecil dahulu, pagi hari sebelum berangkat sekolah, emak di rumah biasanya menyajikan kueh-mueh dan kopi panas. Belum sah kami pergi sekolah kalau belum makan kueh-mueh dan minum kopi panas tersebut. Kebiasaan yang seperti itu hingga kini aku bawa sebagai tradisi keluarga. 

Kebiasaan di keluarga kami, waktu meminum kopi itu pagi dan petang hari. Dan masa-masa minum kopi tersebut merupakan moment kami berkumpul dan saling bercerita. Dan moment inilah yang selalu aku rindukan. Setiap kali balek kampong ke Pontianak, ngopi di rumah Emak merupakan suatu yang begitu berharga. 

Konon kebiasaan minum kopi juga merupakan kebiasaan yang turun-temurun. Kalau orang tuanya peminum kopi, biasanya anak-anaknya juga menjadi peminum kopi. Putera-puteri kami yang masih berusia di bawah lima tahun pun (bahkan berusia di bawah tiga tahun) juga jadi suka minum kopi. Setiap melihatku sedang ngopi, mereka pasti minta. 

Teringat masa berpuluh-puluh tahun silam, ketika menemani Ayah ke pasar. Usai belanja satu dua barang, ayah biasanya mengajak singgah ke kedai kopi di dalam pasar. Kerapnya memesan kopi campur susu kental manis (alias kopi susu). Tak lupa kueh-mueh untuk kawan ngopi. Selepas ngopi, barulah kami melanjutkan aktivitas lainnya di pasar. 

Ayah telah lama pun tiada (yaitu pada tahun 1999, ketika aku kelas 3 SMK/STM, dan adikku kelas 3 SMP), tapi tradisi ngopi dalam keluarga kami tetap terjaga hinggalah kini. Kopi adalah minuman wajib yang sentiasa mengiringi gerak langkah keluarga kami. Setiap singgah ke rumah Emak, pasti beliau bertanya mau dibuatkan kopi atau tidak. Kopi buatan beliau tentunya sangat khas.

 

Hanafi Mohan,

Ciputat, 8-10 Juni 2022

0 ulasan:

Posting Komentar