Rabu, 30 Oktober 2013

Milad Negeri Pontianak; Mana Hulu, Mana Muara


Mungkin agak telat kutulis ini. Tapi tentunya tak ada kata terlambat untuk menuliskannya. Hari Jadi Negeri Pontianak ke-242 tahun (12 Rajjab 1185 H/23 Oktober 1771 M – 23 Oktober 2013 M). Sungguh begitu ramai putera-puteri Negeri Pontianak yang mencintai negerinya ini. Begitu terharu setelah mengetahui akan semangat tersebut, walaupun di tengah keterbatasan, wawasan di antaranya.

Di Negeri Pontianak ini berbagai cabaran hidup pernah dilalui. Negeri tempat suka dan duka pernah tersulam. Negeri tempat cita dan asa pernah terbingkai. Negeri tempat beragam rasa pernah terungkai. Negeri yang melahirkan jasad ini dibekali ruh dan semangat.

Setamat dari SMK Negeri 4 Pontianak sekitar 13 tahun yang lalu, pertama kali meninggalkan Negeri Pontianak dalam jangka waktu yang lumayan lama. Sungguh pada awalnya tak pernah terbayangkan akan apa-apa yang telah dilalui itu, karena begitu banyaknya pula semua itu di luar dugaan, kiraan, dan rencana seorang makhluq faqir, menjadi papa kelana di negeri orang.

Pernah pada suatu masa kunyatakan bahwa Negeri Pontianak lah yang telah melahirkan jasadi beserta ruhi ini, sementara Tanah Betawi lah yang telah melahirkan selainnya: semangat, pemikiran, wawasan, dan sebagainya, dan sebagainya. Bertahun-tahun, itulah yang kuyakini. Sehingga pada suatu masa yang entah bila tepatnya, keyakinan sedemikian itu tumpas punah ranah. Berderai ia, hancur luluh lantak berkeping-keping jadinya.

Terbersit nostalgia silam yang mengharu biru, terbayang wajah ibunda nan sabar, terbayang wajah almarhum ayahanda yang sekaligus guruku nan tegar, teringat sanak saudara dan para guruku di kampong halaman, teringat sanak kerabat dan kaum sebangsaku di negeri tanah kelahiran. Ternyata di sanalah yang telah melahirkan segala-galanya pada diri dan kedirian ini. Dari sanalah segalanya yang melekat pada diri ini bermula, karena ia adalah hulu, ia tiada lain serta tiada bukan merupakan mata air sumber kemawjudan segala macam keberwujudan pada makhluq fana nan dha’if ini. Bertahun-tahun papa kelana ini disilapkan oleh sesuatu yang tak lebih hanyalah kuala. Bahkan tersalah langkah mengira bahwa muara itulah segala-galanya, padahal itu semua hanyalah hilir yang tak berujung batas, yang saujana mata memandang ia-nya tiada bertepi.

Segala macam risalah, hikayat, riwayat, syair, madah, beruntai-untai sastera, semuanya telah membukakan mata yang tersilap pandang, sehingga terdedahlah sejarah dan tamaddun negeri tanah air serta bangsaku yang selama ini bagai batang terendam. Jika mencintai tanah air itu adalah sebagian daripada iman, maka tanah air yang nyata itu (bukan semu) adalah negeri tanah kelahiran kita sendiri. Tanah airku adalah Negeri Pontianak adanya, kalau mau ditarik lebih luas lagi yaitu Bumi Borneo Barat, kalau mau ditarik lebih luas lagi yaitu Benua Borneo. Sebagaimana tanah air seperti yang dimaksud, maka begitu pula dengan bangsa. Engkau boleh berkewarganegaraan apapun jua, tapi kebangsaanmu takkan pernah berubah, kebangsaanmu tetap itu itu juga walau langit dan bumi tertunggang-balik hancur luluh musnah. Tuhan Sang Khaliq-lah yang telah menentukan kebangsaanmu itu kebangsaan apa, bukanlah manusia makhluq nan fana yang menentukannya.

Sampai di sini, benderanglah adanya, jati diri seorang putera negeri, serta akar identitas seorang anak bangsa. Teranglah adanya; yang mana hulu, yang mana muara. Terdedahlah kesejatian diri; yang mana akar, yang mana cabang serta ranting.

Negeri Pontianak yang bertamaddun tinggi, itulah cita dari setiap Putera-Puteri Bumi Khatulistiwa ini, sebagaimana yang telah diperbuat dan diwariskan oleh leluhur dan generasi pendahulunya. Yaitu Negeri Pontianak yang berdaulat, bermarwah, dan bermartabat.

Tahniah Milad Negeri Pontianak yang ke-242 tahun. Takkan pernah beralih dan berpindah cinta ini kepada yang lain, begitu pun rindu ini yang mengalir pelan terkadang mengarus deras. Cinta dan rindu yang takkan pernah bertukar ganti.

Sekali layar terkembang, surut kita berpantang. Sekali air bah, sekali tepian berubah. [~]



*** Muhammad Hanafi bin ‘Abdusy Syukur Mohan Al-Funtiani al-walad al-bilad Negeri Pontianak Seri Khatulistiwa, Sabtu tarikh 21 haribulan Dzulhijjah sanat 1434 Hijriyah, bertepatan dengan tarikh 26 haribulan Oktober sanat 2013 Miladiyah – Rabu tarikh 25 haribulan Dzulhijjah sanat 1434 Hijriyah, bertepatan dengan tarikh 30 Oktober sanat 2013 Miladiyah, di Tanah Betawi adanya.


Tulisan ini dimuat di Laman Blog "Arus Deras"

0 ulasan:

Posting Komentar