Sedikit hendak meluruskan mengenai sejarah berdirinya Negeri Pontianak, pasal penamaan negerinya, dan beberapa hal-ihwal lainnya yang bersangkut paut dengan hal tersebut.
* * *
Ketika mendengar nama "Pontianak", maka yang berkelebat di pikiran orang yang mendengarnya itu adalah "hantu". Begitu juga ketika mendengar nama "Negeri Pontianak", maka yang berkelebat di pikiran masing-masing orang bahwa itu adalah Negeri Hantu (sesuai dengan namanya, bahwa di dalam Bahasa Melayu, Pontianak itu artinya adalah Hantu).
Okelah, dari hal inilah kita akan menyusur-galuri mengenai ihwal yang dimaksud itu.
Selat Malaka dan Selat Karimata adalah perlaluan pedagang. Karena merupakan tempat perlaluan pedagang, maka tak sedikit juga Perompak (Bajak Laut) yang berkeliaran di kedua selat yang merupakan alur perlaluan Bangsa Melayu yang Bangsa Pelaut itu.
Negeri Pontianak itu berada tak jauh dari Selat Malaka dan Selat Karimata. Negeri Pontianak adalah Negeri yang didirikan pas di persimpangan pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Landak (Simpang Tiga Kapuas-Landak). Satu yang juga mesti diketahui, bahwa sebelum dijadikan pemukiman oleh Pangéran Syarif 'Abdurrahman Nur Alam (kemudian dikenal dengan nama Sultan Syarif 'Abdurrahman Al-Qadrie), sebenarnya tempat yang kemudian masyhur dikenal sebagai Negeri Pontianak itu sudah ada penduduknya. Syarat berdirinya suatu Negara/Negeri antara lain yaitu adanya wilayah kekuasaan dan adanya rakyat. Tak mungkin kiranya tempat tersebut bisa didirikan suatu Negeri/Kesultanan kalau semisalkan di tempat tersebut tak ada penduduknya.
Dan nama "Pontianak" itupun sudah ada sebelum Pangeran Syarif 'Abdurrahman Nur Alam beserta rombongannya sampai ke tempat tersebut. Jadi, yang menamakan tempat tersebut sebagai "Pontianak" bukanlah Pangeran Syarif 'Abdurrahman Nur Alam (bukanlah dinamakan "Pontianak" setelah Pangeran Syarif 'Abdurrahman Nur Alam sampai ke tempat tersebut), melainkan penduduk di sekitar tempat tersebut (penduduk di sekitar Sungai Kapuas dan Sungai Landak) memanglah sudah mengenali tempat yang dimaksud sebagai pulau yang bernama "Pulau Pontianak" itu jauh hari sebelum kedatangan Pangeran Syarif 'Abdurrahman Al-Qadrie beserta rombongannya ke tempat tersebut (Pulau Pontianak).
Coba perhatikan Peta (Map), bahwa Pontianak Timur itu (tempat awal berdirinya Kesultanan Pontianak) adalah sebuah Pulau yang dikelilingi oleh Sungai Kapuas, Sungai Landak, dan Sungai Ambawang.
“Pontianak” di dalam Bahasa Melayu maknanya adalah “Hantu”. Penduduk di sekitarnya itu menamainya sebagai “Pulau Pontianak” karena tempat tersebut sering dijadikan sebagai tempat bersembunyi oleh Para Perompak dan Bajak Laut.
Jadi, kalau kita tengok riwayat berdirinya Negeri Pontianak, bahwa Hantu yang diusir dan diperangi itu maksudnya adalah Bajak Laut dan Perompak itulah. Hantu yang dimaksud itu (hantu yang diusir itu) adalah Para Perompak dan Bajak Laut yang bersembunyi di Pulau tersebut (di Pulau Pontianak). Karena itu sangatlah keliru kalau ada yang mengatakan bahwa Hantu yang dimaksud tersebut adalah Hantu yang makhluk halus itu.
Jadi, kata "Hantu" dalam hal ini adalah sebagai Metafora untuk Bajak Laut dan Perompak yang bersembunyi di Pulau Pontianak tersebut.
Ketika didirikan kesultanan di Pulau Pontianak, maka dinisbahkanklah (dilekatkanlah) nama asal dari Pulau tersebut sebagai nama Kesultanan yang baru didirikan itu. Sehingga dinamailah tempat tersebut sebagai Negeri/Kesultanan Pontianak.
Setelah didirikannya Kesultanan Pontianak di Pulau Pontianak, maka berdatanganlah orang-orang dari berbagai Negeri di Kepulauan Melayu ini (dari wilayah Borneo yang lain, Sumatera, Semenanjung Tanah Melayu/Malaysia Barat, Bugis/Sulawesi, dan sebagainya). Mereka berdatangan ke Negeri Pontianak antara lain untuk berdagang, menuntut ilmu, mensyi'arkan Islam, bermukim, menetap, dan ada juga yang mengabdikan diri ke Kesultanan Pontianak.
Kesultanan Pontianak didirikan dengan ber'azaskan Islam, dengan niatan menjadikan Negeri tersebut sebagai tempat untuk mensyi'arkan Islam yang berpayungkan Adat Resam Budaya Melayu sebagai Payung Budayanya. Dengan niatan tersebut diharapkan akan gilang-gemilanglah Syi'ar Islam di Kepulauan Melayu ini, di bawah naungan Payung Budaya Melayu. Sultan Syarif 'Abdurrahman Al-Qadrie yang mendirikan Kesultanan Pontianak itu selain sebagai Umara', beliau juga merupakan seorang Ulama'. Ayah beliau (Al-Habib Husain Al-Qadrie Tuan Besar Negeri Mempawah) merupakan seorang Ulama' termasyhur di Bumi Borneo ketika itu, bahkan namanya juga termasyhur di Kepulauan Melayu ini, masyhur sebagai Ulama' yang pernah menjadi Mufti/Qadhi di Kesultanan Matan dan di Kerajaan Mempawah (dua kesultanan/kerajaan ini juga berada di kawasan Borneo Barat).
Dengan mencermati landasan-landasan awal berdirinya Negeri Pontianak ini, maka kecillah kemungkinan Kesultanan Pontianak didirikan di atas puing-puing khurafat dan takhayyul.
Cerita-cerita mengenai pengusiran Hantu "yang makhluk halus" itu hanyalah Legenda Rakyat belaka yang turun temurun diceritakan dari mulut ke mulut. Karena cerita yang dimaksud itu Legenda belaka, maka itu tak bisa dijadikan sebagai rujukan/sumber sejarah yang Primer nan Valid, kecuali hanya bisa dijadikan sebagai sumber sekunder (hanya layak dijadikan sebagai pembanding dan pelengkap data). Tapi walaupun pengusiran Hantu yang makhluk halus itu adalah Legenda, tapi tetap saja ada ajaran moral di dalamnya. Dengan Legenda tersebut, para Leluhur Negeri Pontianak ingin mengajarkan suatu yang Rasional dalam hal mengusir makhluk halus, yaitu mengusir makhluk halus itu bukanlah dengan cara dibacakan mantera-mantera dan jampi-jampi, bahkan tidak pula' dengan membacakan Ayat Suci Al-Qur'an misalkan, melainkan cara mengusir makhluk halus yaitu dengan cara membuat riuh tempat yang dimaksud itu, misalkan dengan membunyikan dan menembakkan Meriam. Kemudian Tradisi membunyikan meriam tesebut hingga kini masih kekal di Negeri Pontianak pada setiap Bulan Ramadhan, dan yang paling meriahnya ketika Malam Lebaran 'Aidil Fithri.
Tapi sayangnya pesan moral di balik Legenda tersebut tak dapat ditangkap oleh rakyat Negeri Pontianak dengan betul nan benar. Malahan Legenda tersebut kemudian menjadi suatu rujukan (sumber) sejarah hingga kini. [~]
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hanafi Mohan
Tanah Betawi, Ahad, 8 hari bulan Juli tahun 2012 Miladiyah
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Sumber Gambar: http://gambar.mitrasites.com/
Tulisan ini sebelumnya sudah dimuat sebagai Status Facebook Hanafi Mohan yang ditulis dalam Bahase Melayu Logat Pontianak.
Tulisan ini dimuat kembali di Laman Blog "Arus Deras" yang ditulis dalam Bahasa Melayu Standard (Bahasa Melayu Resmi) dengan penyuntingan di beberapa bagian tanpa mengurangi maksud dan isi dari tulisan.
sy pernah d ceritekan oleh teman yang asli pontianak (tak tau lah ye, mungkin legenda itulah yg d ceritekanny) ktny dulunya pontianak itu merupakan daerah hutan rawa2, kiri kanan jalan utama hutan, ketika melewati jalan2 itu banyak orang yang melihat penampakan hantu pontianak (kuntilanak) makanya akhirnya kota nya d beri nama kota Pontianak berlatar belakang kejadian itu.
BalasHapusbagus sekali, itu gambar sungai kapuas kah?
BalasHapusalamaaak macam tu ye sungai kite.......
BalasHapus