Sabtu, 28 November 2009

Bertahtakan dan Ditasbihkan


Akhir-akhir ini tak jarang kita membaca tulisan yang salah kaprah menempatkan kata. Seakan-akan kata yang dituliskan itu sudah tepat dan sesuai dengan maksud dan konteks kalimatnya. Sebagai contoh kalimat berikut ini: Raja kami kemarin ditasbihkan. Di atas kepalanya terlihat mahkota yang bertahtakan intan.

Sekilas kalimat tersebut sepertinya tak ada kesalahan. Tapi, cobalah dicermati lagi kalimat tersebut. Kekeliruannya sangat terang, namun sering diulang-ulangi dituliskan dan diucapkan oleh sebagian dari kita, bahkan oleh kalangan akademis dan berpendidikan sekalipun.

Raja kami kemarin ditasbihkan, berarti raja tersebut kemarin dijadikan sebagai puji-pujian kepada Allah atau dijadikan sebagai untaian butir manik-manik yang dipakai untuk menghitung ucapan tahlil, tasbih, dan sebagainya. Hal ini karena tasbih berarti puji-pujian kepada Allah dan mengucap subhanallah atau untaian butir manik-manik yang dipakai untuk menghitung ucapan tahlil, tasbih, dan sebagainya.

Lantas, apakah penempatan kata "tasbih" pada kata "Raja kami kemarin ditasbihkan" salah? Memang, jika dilihat dari konteks kalimatnya, penempatan kata "tasbih" dalam kalimat tersebut salah besar. Kalau begitu, mengapakah selama ini kata "tasbih" sering ditemui dalam kalimat seperti itu? Itulah yang namanya kekeliruan, sering dituliskan dan diucapkan, tapi jarang sekali yang menyadarinya bahwa hal tersebut keliru.

Kata yang tepat untuk kalimat tersebut adalah "tahbis". Sehingga kalimat yang benar adalah sebagai berikut: Raja kami kemarin ditahbiskan. Ditahbiskan artinya adalah disucikan (diberkati) untuk keperluan keagamaan. Kata "tahbis" biasanya dijumpai pada ritual Agama Kristen (Nasrani). Bukan hanya raja yang biasanya melalui ritual ini, melainkan juga pendeta, orang biasa (awam), bahkan juga binatang.

Lantas bagaimanakah dengan kalimat berikut ini: Di atas kepalanya terlihat mahkota yang bertahtakan intan. Bertahta artinya adalah menjadi raja atau memerintah (negeri). Bisa juga artinya berkuasa atau bersemayam. Jadi, kalimat: Di atas kepalanya terlihat mahkota yang bertahtakan intan artinya adalah: mahkota tersebut menjadi raja atau memerintah negeri intan. Bisa juga berarti mahkota tersebut berkuasa atau bersemayam intan.

Kata yang tepat untuk kalimat tersebut adalah "bertatahkan", yang artinya adalah diberi bepermata (intan dan sebagainya). Sehingga kalimat yang tepat adalah: Di atas kepalanya terlihat mahkota yang bertatahkan intan. Mahkota yang bertatahkan intan berarti mahkota tersebut diberi bepermata intan.

Raja kami kemarin ditahbiskan. Di atas kepalanya terlihat mahkota yang bertatahkan intan. Tahbis, bukannya tasbih. Ditahbiskan, bukannya ditasbihkan. Tatah, bukannya tahta. Bertatahkan, bukannya bertahtakan. [Hanafi Mohan – Ciputat, 27-28 November 2009]


Sumber gambar: http://mela1.blogspot.com/




Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/

0 ulasan:

Posting Komentar