Suatu ketika pada tahun 1990-an, kudapati ayah sedang menyirat jala. Biasanya 'ku hampiri, mengajaknya bercakap-cakap, dan tak lupa meminta lalu menghirup seteguk dua teguk air kopi dari cawan yang terletak di dekatnya.
Menyirat jala adalah suatu kebolehan ayah. Benang-benang nilon ataupun benang plastik dirajutnya dengan teliti, cermat, penuh kesabaran hingga menjadi satu jala yang dapat ditibarkan untuk menangkap ikan.
Jala buatan ayah adalah di antara jala berkualitas terbaik di kampong kami. Bukan calang-calang, jala buatan ayah adalah jala paling rapi paling kuat. Tak hanya menyiratnya dari awal, ayah juga pacak memperbaiki jala yang rusak, di bagian manapun rusaknya.
Kerapian, ketelitian, kesabaran, merupakan karakter khas ayah. Dari tangannya yang terampil terwujudlah jala yang geometris, tulisan (Arab dan Latin) yang indah, dan banyak lagi perlengkapan di rumah yang merupakan buah karyanya.
Ayah berpengetahuan luas. Berbagai pertanyaan dapat dijawabnya dengan bijaklaksana. Bukan hanya sebatas jawaban, melainkan lengkap dengan cerita terkait yang ditanyakan. Narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi, kiranya lengkap semuanya dalam pendedahannya ketika menjawab pertanyaan dariku.
Beliau luar biasa. Sedari belia, ayah sangat tekun menuntut ilmu. Beliau berguru secara pribadi kepada dua belas orang tuan guru yang masyhur masa itu di Pontianak, selain juga belajar di Madrasah Raudhatul Islamiyyah di kampong kami.
Di usianya yang masih muda kala itu, ayah juga telah menjadi ustadz di Madrasah Raudhatul Islamiyyah, Kampong Tambelan. Beliau tipikal pembelajar. Membaca merupakan kesukaannya. Beliau biasa menyebutnya dengan istilah "muthala'ah". Selain itu, beliau juga suka bertukar fikiran alias berdiskusi. Beliau biasa menyebutnya dengan istilah "mudzakarah".
Beberapa buku milik ayah sering kubaca, bahkan berkali-kali. Sebahagian ada juga yang khatam kubaca. Setiap kali menemui permasalahan atau ada hal-hal dalam ilmu Fiqh yang harus kucari jawabannya, maka Kitab Fiqh Islam (Karya Haji Sulaiman Rasjid/Haji Sulaiman Rasyid) dan Kitab Fiqh Sunnah (karya Sayyid Sabiq) milik ayah selalu jadi andalan untuk kubaca demi mencari jawaban.
Lain ilmu Fiqh, lain pula hal ehwal ilmu Tawhid/ilmu Kalam. Untuk yang satu ini, aku sangat senang membaca Kitab Risalatut Tawhid karya Muhammad Abduh yang juga menjadi koleksi ayah.
Sedangkan terkait ehwal ilmu Tarikhul Islam (Sejarah Islam), maka buku Sejarah Kebudayaan Islam karya A. Hasjmy/A. Hasymy menjadi andalanku di antara koleksi buku ayah.
Beliau yang setiap tutur katanya selalu kami rindukan, bertahun-tahun setelah wafatnya, setiap petuahnya tetap gaung bergema di benak kami anak-anaknya.
Bagi kami, ayah adalah figur orang tua yang berhasil mendidik anak-anaknya, sukses memimpin keluarganya. Tentu banyak indikator untuk dapat menarik kesimpulannya. Dari sekian banyak indikator itu, ada beberapa yang dapat didedahkan. Kebaikannya (di keluarga dan masyarakat) serta anak-anaknya yang tak pernah mencoreng nama baiknya itu. Sekiranya sekali saja ada anak-anaknya yang mencalitkan arang hitam, maka gugurlah predikat ayah sebagai orang tua yang berhasil mendidik anak-anaknya dan sukses memimpin keluarganya.
Persekitaran tahun 1998 hingga 1999, negeri kami dilanda konflik yang berkarut-karut. Pada masa ini, ayah sudah semakin uzur. Sungguh pun begitu, dengan bijaklaksana beliau tetap memberikan nasihat yang menyejukkan kepada kami sekeluarga di tengah zaman yang tak menentu.
Kiranya setiap pengajaran, nasihat, dan petuahnya sentiasa menuntun kehidupan kami, bahkan hingga kini. Jika ada perlombaan ayah terbaik se-dunia, maka aku yakin seyakin-yakinnya ayah kami akan menjadi johan (juara) dari perlombaan tersebut.
Ayah memberikan fondasi yang kuat pada kehidupan kami, sehingga apapun yang positif pada kehidupan kami itu tak lain karena fondasi yang kuat tersebut. Ayah telah menghantarkan kami hingga ke pintu gerbang kehidupan kami yang lebih baik lagi di masa hadapan.
Teringat pada masa itu, ayah selalu membangga-banggakan kami anak-anaknya atas prestasi dan kebolehan kami. Kiranya tak ada lagi yang membuat kami bahagia pada masa itu, bahkan semesta dunia pun boleh tak memandang kami, cukuplah kedua orang tua kami saja yang membanggakan kami, yang membesarkan hati kami, dan itu semua adalah kebahagiaan kami yang tak berhingga, walaupun kami sekeluarga hidup dalam kondisi bersahaja.
Keberadaan orang tua yang se-terbaik orang tua kami itu tentunya menjadi modal bagi kami untuk lebih maju lagi ke masa hadapan. Sebetulnya pilih-pilih keluarga sahaja yang memiliki orang tua se-terbaik orang tua kami. Dan kami hingga bila-bilapun masanya sentiasa bersyukur memiliki Orang Tua Terbaik Se-Dunia.
Tahun 1999 telah berlalu, sementara tahun 2000 sedang berjalan pada track-nya. Tentu banyak hal tak terduga di hadapan. Manusia patut berikhtiar serta berdo'a untuk kebaikan dunia dan akhiratnya. Ketetapan yang mu'tamad hanyalah ketetapan Allah azza wa jalla, pemilik jiwa ini serta pemilik semesta dunia dan akhirat. [bersambung...]
Hanafi Mohan,
Tangerang Selatan, 12 September 2024 - 8 September 2025
Tangerang Selatan, 12 September 2024 - 8 September 2025
0 ulasan:
Posting Komentar