Sudah sepuluh tahun ini kau menjadi kekuatanku
Menjadi fajar yang menerangi setiap pagiku
Menyinari relung-relung hatiku
Ceriakan detik-detik sepiku
Aku tahu perasaanmu
Begitu juga engkau tahu perasaanku
Tapi entah mengapa, begitu sulitnya hati kita menyatu
Bagaikan ada dinding api yang menghalangi
Engkau menghargai perasaanku
Aku pun juga menghargai perasaanmu
Kisah silam kita begitu indah jika kuingat
Juga kisah kita kini yang mengharu-biru perasaan
Mungkin lebih fenomenal dari karya Habiburrahman As-Shirazi dan Andrea Hirata jika kutuliskan
Pada hari-hari yang lalu,
setiap berlandas di pelabuhan kota kita,
selalu engkau yang kurindukan
Bahkan kerinduan itu telah membumbung tinggi ketika bertolak dari pelabuhan kota metropolitan
Semakin membuncah-buncah kerinduan itu ketika memasuki muara sungai kota kita
Bagaikan ada aura kesyahduan memenuhi sepanjang aliran sungai itu
Yang menghadirkan kilasan-kilasan nostalgia kita
Yang memanggil-manggil kerinduanku untuk bertemu denganmu
Kini aku tak tahu bagaimanakah kelanjutan kisahnya
Aku hanya berharap suatu masa nanti ada keajaiban Tuhan
Yang menjadikan kisah ini berakhir bahagia
Seperti senja merah jingga nan indah yang sering kulihat di tepian sungai kita
[Hanafi Mohan - Ciputat, Kamis 15 April 2010 _ 17.25-18.24 WIB]
Tulisan ini dimuat di: http://hanafimohan.blogspot.com/