Jumat, 21 Maret 2014

Ihwal Inspirasi


Inspirasi itu tak mudah mendapatkannya. Kadang ia datang tiba-tiba, lalu pergi menghilang seketika. Terkadang juga ia sudah ada di dalam genggaman, entah mengapa lalu tiba-tiba lenyap sirna entah ke mana tak tau rimbanya.

Pada dogma itu logika berputar-putar, karena jalannya buntu, sehingga sentiasa berjumpa dengan jalan yang dimaksud (jalan buntu). Begitu pula inspirasi, jika buntu ia, lalu berputar-putarlah ia karena tak menemukan jalan keluar. Oleh karena kebuntuan itu, maka lesatkanlah ia melewati garis/keluar dari garis, out of box.

Logika yang berputar-putar alias berbelit-belit biasanya diidap oleh sesiapapun yang tak mau keluar dari zona aman mindanya. Bahkan dalam hal bernegara, logika berbelit-belit adalah penyakit akut yang mendera hampir setiap kepala, dari penguasa, cerdik cendekia, hingga rakyat jelata.

Sebagaimana logika yang lurus itu lahir dari kepala yang bersih, maka begitu pula inspirasi yang jernih itu hadir dari perenungan yang mendalam. Ketika menulis, dari perenungan yang mendalam, kemudian terpancarlah inspirasi nan jernih, yang huruf per huruf, kata per kata, kalimat per kalimat, setiap jengkal isi tulisan itu dirangkai dengan segenap penghayatan. Bahkan tak jarang si penulis larut di dalam tulisannya itu, karena itulah pancaran jiwanya yang membuahkan pemikiran, lalu mewujud rangkaian tulisan.

Bermula dari inspirasi, bermuara ke tulisan, sesederhana atau sekompleks apapun ia-nya. Sulit kiranya karya-karya itu mawjud tanpa bermula dari suatu inspirasi. Tinggal selanjutnya daya kreatif lah yang mengolah inspirasi itu menjadi sesuatu yang bermakna. Inspirasi dan kreativitas berpadu-padan dengan semesta wawasan, lalu bertelingkah dengan realita kehidupan, sehingga tersurat dan tersirat pesan yang membumi. Tulisan yang awalnya merupakan dialog antara si penulis dengan minda dan jiwanya, kemudian juga berdialog dengan pembacanya.

Inspirasi itu sejatinya lalu-lalang dengan bebas di alam sekitar kita/alam maya. Kita tak perlu menangkapnya sebagaimana polisi menangkap penjahat, atau tak sepatutnya pula kita mengurungnya sebagaimana hewan yang dikurung di dalam sangkar. Kita hanya perlu mendekatinya, bahkan kalau bisa menjemputnya, lalu bersahabat dengannya, mengajaknya bercengkerama, lalu mengkreasikan dialog-dialog itu pada karya. Dan inspirasi akan sentiasa pada kesejatiannya sebagai makhluk yang bebas, sebagaimana setiap makhluk tak ingin dikekang dan dijajah oleh otoritas apapun, kecuali hanya mengabdikan hidupnya kepada kebenaran. [HM]


~ Tanah Betawi, Medio Maret 2014 ~


Sumber gambar ilustrasi: http://indragede.blogspot.com/


Tulisan ini dimuat di Laman Blog "Arus Deras"

0 ulasan:

Posting Komentar